Di mana-mana ada. Tip. Persenan. Sebagai bentuk terima kasih. Memang sih si pelaku pekerjaan melakukannya karena tugas. Mungkin dengan ikhlas, mungkin dengan hati geronjalan penuh gerutu.
Tip berlaku untuk pencuci mobil, bellboy (eh, atau room boy?), office boy, petugas cleaning service, pramusaji, tukang parkir, kurir ojek pengantar makanan, tukang ojek, sopir taksi, tukang pocokan di rumah, dan entah apa lagi.
Bagusnya aplikasi ponsel, tip bisa kita berikan secara daring. Ketiadaan uang kecil di dompet tak membuat kagok.
Kalau tip untuk ASN dan polisi? Tidak. Itu memang pekerjaan reguler untuk mereka sebagai pelayan publik, dan etika profesi mereka pun mengaturnya.
Pekerjaan partikelir? Secara umum sebaiknya tidak. Kalau pesuruh dan sopir kantor okelah.
Wartawan? Hwaduh. Janganlah. Untuk biaya transportasi pun mereka sudah dapat dari kantornya.
Lha kan pihak pemberi memberikan dengan senang dan ikhlas karena sudah diliput? Tetap jangan. Apalagi kalau ada pamrih.
4 Comments
Hwaduh, jadi inget istilah amplop dan delapan enam untuk (“oknum2”) wartawan.
Yah gitu deh. Kalo alasannya gaji kecil, eh lha wong setelah gaji naik juga tetep doyan kok. Bahkan amplop yang ditolak orang lain pun dia minta.
Amplop yang ditolak orang lain pun dia minta… ndembik tenan itu.
Yah kita tahulah gimana orang-orang ndembik itu.
Ada yang keterlaluan, ngepos di polisi, di kementerian, di kantor pemda, tapi wawancara khusus dgn petinggi gak pernah, lantas kalo ada orang habis wawancara khusus dirubung buat dikutip