Di rak kamar tidur anak perempuan itu, di pondokan barunya, saya melihat empat rol film 135. Tumben disimpan di tempat terbuka, bukan dalam kulkas. Apakah lomografi dengan film kedaluwarsa masih menjadi mainan menyenangkan bagi milenial?
Setahu saya anak itu tak bermain Lomo lagi. Dulu dia harus berburu ke tukang afdruk di pasar tradisional untuk mendapatkan film. Kini kadang kala dia masih mempertahankan dengan kamera analog saku dan SLR.
Bagi saya, memotret dengan film adalah masa lalu. Setelah fotografi digital makin memudahkan, apalagi memakai ponsel, fim tak saya perlukan lagi. Cara menggunakan kamera analog pun saya sudah lupa.
Suatu malam, ketika anak yang menyukai film itu akan lahir, bapaknya sudah siap dengan film Ilford hitam putih supaya tak ada bekas darah dalam foto setelah persalinan. Ternyata si bapak tak boleh masuk ke dalam.
5 Comments
Sy lupa kapan persisnya, tapi pasti saat jadi reporter di Jkt antara 1998 – 2004. Pada periode itu, setelah memotret pakai kamera berfilm, sy bawa ke lab foto kompas untuk dicetakkan.
Ttg bapak dari anak yg menyukai film itu, dahulu kala dia pakai kodak eh kamera merek apa? Saya dahulu pakai Pentax kalau nggak salah ingat seri K1000.
Dari kamera saku sampai SLR tapi lbh sering kamera saku
Saya tidak ingat kapan terakhir kali memotret dengan film.
Apalagi saya dulu tidak hobi memotret. Hobi memotret baru muncul ketika zaman sudah berubah ke digital.
Itulah berkah teknologi digital. Memberikan kemudahan dan mendorong orang untuk belajar, dengan banyak contoh dan panduan di internet. 🙏👍🍎
Dulu tak terbayangkan setiap orang bisa menghasilkan foto dan video cukup dengan ponselnya.
Betul, Paman.
Untuk explorasi juga jauh lebih murah. Sekarang saya bisa mencoba memotret dari berbagai sudut dan settingan, lalu tinggal dicari mana yang paling bagus.
Kalau masih pakai film, bisa habis 1 roll buat coba2 saja.