Masa sih mencari pria lajang itu sulit? Belum lagi persaingan dengan para perempuan yang lebih muda?
↻ Lama baca 2 menit ↬

Mana yang lebih dapat pasangan, pria atau wanita?

Ada saja hal tak penting yang ditanyakan Kembang Kantil setiap selesai membahas order. Dari pasal cowok terkintil-kintil sampai komitmen cowok dalam asmara.

“Oom, kalo Grocer Gunky tuh jenis lelaki antikomitmen ya? Sampe lansia tetep lajang, maunya cuma pacaran, ya sama aktris, sama feminis, pokoknya ogah nikah…,” tanya Kantil.

“Nggak tau. Aku nggak kenal dia, cuma tau nama soalnya dia aktivis kesohor,” sahut Kamso.

Lalu obrolan sampai ke antikomitmen. “Jadi kalo yang nggak pengin nikah itu cowok, berarti antikomitmen? Kalo yang nggak butuh nikah itu si cewek, apa dong namanya?”

“Nggak tau! Hihihi. Tapi masa sih ada cewek nggak mau nikah, padahal bukan biarawati? Kalo di Barat lumrah.”

“Ada. Temenku maupun bukan temen cewek ada yang tetep lajang, nggak pengin nikah. Kalo soal pacaran, itu masalah pribadi mereka. Apapun alasannya kan nggak ngerugiin publik.”

“Misalnya apa alasannya, Oom?”

“Ya macem-macem. Nggak semua disampaikan ke orang lain. Bisa karena kelamaan bebas dan mandiri sebagai lajang, lantas jadi berat kalo harus berbagi, kebebasan berkurang.”

“Aneh ya? Apalagi?”

“Bisa juga merasa lebih nyaman pacaran aja. Temenku, sekarang 50 lebih, udah likuran tahun cuma pacaran sama cowoknya. LDR, Jakarta-Singapura, jarang ketemu. Dia cerita, sebelum ayahnya meninggal nanya kenapa nggak kunjung nikah, jawabannya santai, lucu…”

“Apa dong, Oom?”

“Dia bilang kalo nikah malah bisa bunuh-bunuhan. Enak pacaran.”

“Bisa ya gitu? Nggak normal itu. Keenakan lakinya dong.”

“Kok keenakan?”

“Kalo putus no problem. Tinggal nyari cewek pengganti.”

“Lha cewek kan juga sama?”

“Huuuuuu…”

“Soal kenyamanan, kan? Buat cewek maupun cowok yang nggak pengin nikah itu sama, kan? Termasuk nyaman melawan kehendak keluarga. Di Barat bisa lebih nyaman soalnya banyak anak yang kuliah aja pake biaya sendiri, sambil kerja, nyari beasiswa, nyari utangan. Cowok melamar langsung ke cewek. Nggak semua gitu sih.”

“Nggak asyik.”

“Soal pilihan dan kenyamanan aja kok. Apa pacaran harus nikah? Buatku, kalo mau punya anak ya harus nikah. Demi anaknya.”

“Kalo buatku ya pacaran kalo udah umur kudu nikah. Kalo enggak, cewek usia 40 ke atas susah cari bujangan sebaya apalagi lebih tua, adanya lakor ama duda…”

“Lajang kayak Grocer Gunky juga pasti ada.”

“Oke taruh kata gitu. Beratnya jadi cewek fortysomething, apalagi fiftysomething, harus saingan sama cewek-cewek yang lebih muda! Apalagi kalo nyari cowok yang lebih muda!”

“Sampai segitunya sih? Apa susahnya bersaing? Lelaki bujang lapuk banyak yang pede bersaing dengan yang muda-muda gagah perkakas pujaan tetangga. Cowok dan cewek kan sama? Tinggal milih. Kalo cocok ambil, nggak cocok ya cari yang lain.”

“Huuuuuu…!”

“Lha iya kan?”

“Misalnya dapet cowok kayak tokoh kita itu, tua atau muda, tapi dia pengin anak, kan kitanya udah menopause?”

“Ya si cowok yang kudu hamil.”

¬ Gambar praolah: Shutterstock

2 thoughts on “Pria (dan perempuan) antikomitmen

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *