Saya merasa tak salah parah. Teman saya hingga dewasa bernyanyi pribang pribang saku...
↻ Lama baca < 1 menit ↬

November Rain: Waktu hujan siang-siang beta panjat pohon kenari

Ya, siang ini hujan deras. Angin menyertai. Tempias memperluas basah. Tadi saat mendung, radio Most FM 105.8 yang menemani saya mencuci mengudarakan “November Rain” dari Guns N’ Roses.

Masih deras, dengan geledek menggetarkan kaca jendela dan pintu, saya kirim penggalan lirik ke grup keluarga yang salah satu warganya berdarah Ambon. Waktu hujan siang-siang, beta panjat pohon kenari.

Mereka tahu, saya pernah mengakui bahwa hingga dewasa saya menyanyikan lagu itu dengan takjub: kenapa memanjat pohon kenari saat hujan. Apa masalah orang Ambon?

Ternyata masalah ada pada telinga saya dan literasi tak menyimak lirik. Almarhumah Mbakyu mengoreksi, yang benar itu “kilat sambar pohon kenari”.

Tetapi saya merasa tak salah parah. Teman saya, perempuan fotografer, yang kemudian menjadi editor majalah anak, dan akhirnya penggerak edukasi anak, di perpustakaan dulu menanya saya ihwal lagu “Garuda Pancasila”.

“Mas, arti pribang pribang saku itu apa ya?”

Onomatope bisa berjejak panjang dalam benak seorang anak hingga dia dewasa.

5 thoughts on “November Rain: Waktu hujan siang-siang beta panjat pohon kenari

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *