Ke bengkel sepeda tanpa teater

Halah cuma urusan kecil sepeda saja ditangani montir. Nggak bisa atau nggak mau?

▒ Lama baca < 1 menit

Bengkel sepeda Mas Parto di Chandra Indah, Pondokmelati, Bekasi

Dalam urusan teknis kendaraan, secara seksis ada tiga jenis pria. Pertama: tak paham masalah, tapi mau belajar mengatasi, dengan risiko terburuk hanya bisa bongkar lalu urusan pasang ditangani teknisi.

Kedua: sedikit paham masalah, agak tahu cara menangani, tapi malas berbuat atas nama kepraktisan, lalu urusan diserahkan ke bengkel.

Ketiga: tak paham masalah, cara memberesi pun tak tahu, tapi ogah ambil risiko, maka atas nama akal sehat urusan diserahkan ke bengkel.

Saya termasuk jenis ketiga, kadang yang kedua. Maka hari ini saya membawa sepeda ke bengkel karena transmisi macet akibat kabelnya kering berkarat karena selama pandemi sebelum PPKM sekian level pun saya tak bersepeda. Bayar Rp10.000 beres. Memang sih harus menunggu 30 menit sampai bengkel buka, lalu setelah Mas Parto Pit datang dia harus mengeluarkan semua sepeda dulu.

Dulu kalau beli sepeda baru, urusan menukarkan kabel tuas rem agar rem belakang dikontrol di kiri, seperti yang saya kenal sejak kecil, saya serahkan ke bengkel yang saya lewati.

9 Comments

warm Minggu 31 Oktober 2021 ~ 20.59 Reply

saya taunya rem belakang biasa ditaro di kiri, eh maklum sepeda saya bekasan & jadul semua jd setingnya gitu, lagian ya diseting di bengkel kawan pas dirakit ya gitu sih paman, malah baru tau kalo sepeda2 baru skarang tuas rem belakangnya ada di kanan..

Pemilik Blog Minggu 31 Oktober 2021 ~ 21.50 Reply

Setahu saya ya gitu. Rem belakang di kiri. Njenengan ahli sepeda aja gumun 🙏😇

junianto Jumat 29 Oktober 2021 ~ 14.34 Reply

zaman anak2 hingga usia SMA sy tahu banyak ttg sepeda krn kemana2 bersepeda/numpak pit, bahkan dari solo hingga ke kemuning sejauh sekitar 40 km (dekat tawangmangu, daerah yang tinggi).

saat mulai kuliah, yang berarti mulai naik motor, sepeda sy tinggalkan sampai sekarang sehingga sy benar2 buta sepeda 😁

Pemilik Blog Jumat 29 Oktober 2021 ~ 14.58 Reply

Saya waktu SMP ngepit dari Salatiga ke Solo PP.
Tapi dulu lalu lintas belum seliar sekarang, bus cepat belum banyak.

Sampaikan sekarang saya ya tetap percaya bengkel sepeda 🙈

junianto Jumat 29 Oktober 2021 ~ 15.57 Reply

sy setelah kerja (krn punya duit) masuk jenis ketiga dlm hal teknis motor.

sebelum kerja, krn isi dompet minimalis, masuk keompok empat : paham masalah (yg tdk berat2) dan mau menangani.

jadi jenis kedua, apa2 pasrahkan bengkel motor.

dulu zaman

Pemilik Blog Jumat 29 Oktober 2021 ~ 16.25

Trail diserahkan ke bengkel pun bukan jaminan bebas onderdil ndembik ya. Eh tapi kan onderdil beli sendiri, bukan si bengkel yang beli.

junianto Jumat 29 Oktober 2021 ~ 17.05

iya onderdil beli sendiri.

kalaupun suatu saat dibelikan montir (ada dua bengkel langganan) mrk bisa dipercaya krn langganan lama, bahkan yg satu sejak pra 98 😁

Sandalian Jumat 29 Oktober 2021 ~ 10.21 Reply

Kalau saya tidak salah, sepeda-sepeda sekarang rem belakang pakainya pakai tuas kanan ya, Paman?

Pemilik Blog Jumat 29 Oktober 2021 ~ 11.30 Reply

Iya. Rem belakang pakai tuas kanan. Saya tahu pada awal 2000-an. Saya menduga karena sepeda untuk ekspor, maupun sepeda impor, pakai cara tuas kanan.

Saya tahu perbedaan itu waktu kecil, pinjam sepeda lebih dari satu tamu bule, yang datang dari negeri berlalu lintas kanan. Rem belakang pakai tuas kanan.

Kata Bapak, waktu dia sekolah di Belanda tuas juga di kanan. Tapi saya hingga tua terbiasa dengan rem belakang dikontrol tangan kiri. Motor juga.

Tinggalkan Balasan