Musim hujan mulai menyapa. Hawa tak begitu gerah. Tapi kalau banjir gimana, Yang?
↻ Lama baca < 1 menit ↬

Memotret tetes hujan dengan ponsel murah

Sejak pagi daerah saya hujan. Sampai sore ini. Sayang sekali cucu tetangga sebelah sedang berlibur ke luar pulau. Begitu pun cucu dari tadi tetangga selisih tiga rumah, dia tetap di rumah. Kalau mereka saat ini hadir mungkin akan bilang, “Yang, hujan turun lagi…”

Mereka memanggil istri saya Eyang atau Yang. Kalau memanggil saya? Anak yang sedang berlibur menyebut saya Pak Tyo. Anak yang lain menyebut saya Oom Antyo. Anak Pak Ustaz panggil saya Uwak tapi kadang Oom. Pak, hujan turun lagi. Oom, hujan turun lagi. Uwak, hujan turun lagi. Kurang sip. Ah, tak seperti lagu lawas — baru hari ini saya paham bukan itu judul lagunya.

Ada bagusnya hujan berlama-lama . Cuaca lebih sejuk. Tidak panas lembap yang memompa gerah. Rupanya musim hujan sudah menyapa sekadarnya. Tapi jangan banjir ya. Juga tapi, Rabu dan Kamis besok tampaknya panas dan sumuk.

Hujan seharian, besok panas lagi dan gerah lagi

7 thoughts on “Yang, hujan turun lagi…

  1. Dua sore terakhir, minggu dan senin hari ini, solo juga hujan. Tadi baru mau bikin konten ttg hujan ini ternyata keduluan paman 😁

    Saat msh bekerja dulu, sy sebut yg begini ini sbg kecolongan brt, dan sy sering ingatkan dgn keras ke reporter2 sy agar tdk kecolongan brt supaya tidak memalukan.

    Untunglah sekarang yang kita tulis bukan brt, tapi “konten”, sehingga sore ini sy nggak perlu malu 😬

      1. Pra 98, sy tiga tahun jadi kartawan Surya di Biro Solo. Karena “militan” (memuji diri sendiri😁) selama tiga tahun sy kecolongan brt hanya satu kali.

        Waktu itu sy dimarahi mas yami wahyono, editor desk JATENG-DIY.

        Seumur2 hanya satu kali itu saja sy dimarahi yw —mungkin gara2 kala itu di srby dia juga ditegur redpel/korlip/pemred gara2 sy kecolongan brt (besar).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *