Saya memang ndesani. Baru sekarang bisa menikmati spiker yang ada di ponsel, tablet, dan laptop. Bukannya itu teknologi lawas? Memang.
Saya selalu kurang sreg dengan spiker bawaan si peranti sehingga jika terpaksa mendengarkan agak lama ya pakai headphone atau earphone, dua alat yang tak pernah membikin saya betah. Di kantor pun dulu saya selalu menyambungkan audio peranti dengan spiker luar, plus subwoofer. Tidak berarti saya selalu menyetel kencang sih. Kadang amat pelan supaya tak mengganggu orang lain.
Belakangan setelah sering menyimak siaran radio daerah, misalnya Swara Koncotani dan Lintas Kota Gaplek, atau RRI, saya malah lebih sering memanfaatkan empat spiker yang melekat di tablet retak. Cempreng minus bas ya biar. Justru saya merasakan aura radio transistor. Lebih praktis ketimbang spiker sekepal.
Menyetel radio pelan sambil rebahan di sofa itu nikmat. Bisa tertidur. Sampai pagi. Seperti semalam saat saya menyetel macapat.
Kalau menyetel stasiun macam KLCBS Bandung? Sayang kalau hanya pakai spiker bawaan.
4 Comments
Kalau saya kadang2 nyetel YouTube konser the stones/pink floyd/genesis di ponsel kemudian menikmati suaranya di spiker ponsel sambil nyapu dan ngepel rumah.
Sip itu. Saya dulu pake Spotify dan spiker Bluetooth sambil ngepel dan nyuci. Sekarang pakai radio. Saat setrika juga.
Semua jenis pekerjaan di rumah sejak dulu sy tandangi —kecuali menyetrika 😁
Saya sejak kecil terbiasa nyapu, ngepel, bahkan mulai SMP mencuci sendiri, dan tentu menyeterika. Cuci piring juga terbiasa.
Waktu kuliah belum ada laundry murah.
Sekarang setelah angka pandemi naik, kami gak pakai ART dan keterusan.