Sebuah keluarga dengan dua anak remaja kecewa karena kedai kopi tujuan buka namun tak melayani pengudapan di tempat. Tapi untuk memesan via layanan ponsel mereka ogah, alasannya di luar batas antar, lagi pula memerlukan suasana yang beda dari rumah.
PPKM level 4 memang tidak bisa memuaskan semua orang. Seorang kawan bilang, kekecewaan keluarga tadi khas kelakuan kelas menengah. Rela melalui tol selama 45 menit ke kedai sejauh 45 km hanya untuk meriung.
Saya tak setuju. Ini bukan soal kelas. Pelanggan warung kopi sasetan dan mi instan pinggir jalan ramai juga kecewa, tak leluasa mengudap sambil angkat kaki dan ngobrol sembari mengasap, karena waswas tepergok patroli.
Ngopi sasetan pinggir jalan maupun ngopi di tempat eksotis itu sama-sama menggerakkan ekonomi. Bahkan tukang ojek selesai mengantarkan cold brew dan affogato pesanan bisa membelokkan duitnya ke kopi sasetan tanpa kongko lama.
Tak semuanya rugi pol selama PPKM demi kesehatan. Sekali lagi: tak semuanya.