Setiap era memiliki ungkapan masing-masing. Misalnya tentang kepanikan seperti yang diabadikan dalam stiker potong pada sepeda motor yang terparkir di depan Alfamart dekat rumah saya.
Entah sampai kapan stiker ini akan tertempel karena ungkapan ini pun takkan bertahan lama. Media sosial mempercepat sirkulasi ungkapan sekaligus mempersingkat durasi. Yang kemarin ngehits esok sudah basi.
Ah, kalau saja ada pemulung ungkapan gaul dan mencatatnya, disertai latar atau pun konteks, tentu sejarah modern masyarakat Indonesia akan diperkaya.
Saya curiga istilah “asyik masyuk” bermula dari ungkapan gaul zaman orangtua saya muda. Seperti halnya “menyala Bob kompornyé” pada masa belia oom dan tante saya.
2 Comments
ahha
kamus bahasa banci masih kepake ga ya?
Kayaknya masih, tapi sedikit yang pake