Masalah sosial dalam pandemi adalah menegur orang yang abai protokol, bisa dimusuhi.
↻ Lama baca < 1 menit ↬

Masalah sosial dalam pandemi adalah menegur orang yang abai protokol, bisa dimusuhi

Kamsi telaten mengingatkan orang yang abai protokol, sejak tukang parkir, penjual sayur, tukang sol sepatu, hingga tetangga melintas. Bila perlu anggota satgas Covid-19 pun dia tegur.

“Diprenguti, dianggep juwèh, dijothak ya bèn. Ini buat kepentingan bersama,” katanya.

Kamso sepakat. Tapi dia tak seberani istri. Dia kapok dituduh buzzer pemerintah ketika kasih info dalam grup WA warga.

Kamsi lebih tegas. Termasuk menolak saudara kandung dari luar kota yang akan singgah ke rumah, dan menginap, setelah menginap di rumah kerabat di Jakarta.

Pagi tadi Kamsi menegur tetangga pelaku isoman baru tiga hari yang keluar rumah, ngobrol dengan tetangga lain yang nota bene perawat di dekat rumah mereka: “Kok kamu keluar? Kan mestinya di dalam rumah?”

Setelah itu Kamsi menghela napas, dan bergumam, “Angèl temen dikandhani.”

“Nah, orang-orang bebal itu yang bikin stres,” Kamso menimpali.

“Stres itu kalo diem aja, nggak nyegah. Yang kena kan bisa orang se-RT. Tuh Toa masjid seminggu sekali ngumumin orang meninggal. Nggak disebutin tapi semua orang tahu karena Covid-19, termasuk pengurus masjid yang nolak vaksin, lalu setelah bergejala dia nggak mau periksa. Dia di rumah terus sampai meninggalnya, semoga nggak sempat nularin jemaah lain. Tapi tetangga kan jadi repot.”

¬ Gambar praolah: Unsplash

2 thoughts on “Sumber stres pandemi itu orang lain

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *