Alat makan pribadi dan sendok milik kantor jadi sampah

Di beberapa kantor, sendok garpu stainless dibuang bersama bungkus makanan. Rasa memiliki dan rasa menguasai memang berbeda.

▒ Lama baca < 1 menit

Alat makan pribadi di masa pandemi jangan sampai diembat lalu dibuang ke kotak sampah

Anda pun mungkin sudah melakukannya: membawa sendok, garpu, dan sumpit ke tempat kerja. Tidak memakai milik dapur kantor. Demi kesehatan di masa pandemi Covid-19. Saya teringat hal itu ketika melihat kemasan sendok garpu seharga Rp55.900 di sebuah pasar swalayan.

Bahkan sebagian dari Anda pun sudah melakukannya jauh hari sebelum ada pandemi. Bawa alat makan sendiri, bila perlu mencuci sendiri.

Ketika masih ngantor sebagai pegawai, saya pun termasuk orang yang memiliki alat makan minum sendiri, sejak sendok garpu, pisau dapur (bukan pisau makan), sumpit, gelas, cangkir, wadah beling air putih seliter, penggiling kopi, bahkan sampai pembuka botol.

Di tempat kerja sebelumnya, karena sikon berbeda, saya pun memiliki kotrek atau corkscrew alias pencabut gabus tutup botol. Barang itu pun raib, dengan permisi dititipkan melalui sejawat saya, karena suatu malam seorang tamu butuh pembuka botol anggur untuk minuman yang ada di pondokannya.

Alasan utama saya punya alat sendiri adalah supaya terjamin alatnya ada ketika saya butuhkan. Kalau memakai alat minum publik, atau dianggap milik bersama, sangat mungkin terjadi barangnya tak tersedia karena masih di bak cuci padahal petugas sedang menangani hal lain. Atau semua cangkir dan gelas masih bertengger di setiap meja, termasuk di meja rapat.

Alat makan pribadi di masa pandemi jangan sampai diembat lalu dibuang ke kotak sampah

Tentang sendok dan garpu, beberapa kantor punya masalah sama: mudah hilang. Di sebuah kantor pernah ada seorang karyawan sengaja meminta tolong petugas kebersihan membuka bekas bungkus makanan di kotak sampah. Kamera ponsel dia pun bersaksi: sendok, kadang bersama garpu, milik kantor pun terbuang ke kotak sampah.

Dia unggah foto ke grup WhatsApp pun masalah masih berulang. Ketika masalah sampai ke CEO, dia hanya bisa geleng-geleng kepala, tak bisa berkomentar. Wajahnya menampakkan kekesalan sekaligus prihatin. Kesian juga seorang CEO harus mengurusi soal ginian karena kepala kantor sudah kewalahan.

Rasa memiliki dan rasa menguasai memang dua hal berbeda.

6 Comments

Zam Selasa 23 Maret 2021 ~ 02.38 Reply

saat ngantor dulu. ada petugas yang siap sedia membersihkan perakakas ini. mereka mencuci peralatan dan menata setiap pagi dan selepas jam makan siang. memang sih, pencucian dilakukan mesin, tugas mereka ya memasukkan perangkat kotor ini ke mesin pencuci saja.

CREAMENO 🐰 Jumat 19 Maret 2021 ~ 20.33 Reply

Topik menarik mas, hehehe, saya ke mana-mana selalu usahakan bawa alat makan sendiri sebagai pegangan meski kadang nggak selalu digunakan. Yang penting ready di tas 😂

Kalau sendok garpu sampai masuk tong sampah, well, saya belum pernah lihat atau mengalaminya. Tapi amat sangat disayangkan jika kejadian. Padahal untuk langsung mencuci dan letakkan kembali pada tempatnya, saya rasa mudah 😁 Mungkin perlu dibiasakan, sampai hapal di luar kepala 😆

Pemilik Blog Jumat 19 Maret 2021 ~ 20.40 Reply

Iya, aneh juga sendok sampai dibuang bersama bungkus makanan. Hal itu terjadi pada lembaga pendidikan, dari sampah yang berasal dari ruang guru. Menyedihkan memang.

warm Jumat 19 Maret 2021 ~ 12.26 Reply

kadang saya sebel, di kantor nyuci piring habis dipake sendiri aja malas hedeh

Pemilik Blog Jumat 19 Maret 2021 ~ 19.01 Reply

Kebiasaan jadi tuan dan nona muda 😊

Tinggalkan Balasan