Setahun lebih saya tak ke warung tenda karena masih pandemi. Selama ini saya cuma memesan makanan via Gofood. Tadi saya dan istri mencoba ke warung pecel lele, itu pun baru pertama kali ke warung di halaman ruko yang ada bengkel sepedanya.
Kami berani karena melihat para pengudap selesai makan malam. Nah, ada yang menarik bagi saya. Ada baskom berisi sambal. Tinggal diciduk oleh penyaji. Dia jawab nggak tahu waktu saya tanya sehari habis berapa kilogram cabai.
Saya membayangkan ketika dua pekan lalu cabai mahal, malah jenis rawit merah bisa melebihi harga sekilogram daging sapi, si penjual pasti mengeluh. Apalagi jika pelanggannya maniak sambal.
4 Comments
Kalau liat nguleknya si sambal sebaskom itu, beuh, bagaikan melihat seorang seniman yang sedang bekerja paman.
Sama dengan saya dan istri, di seberang jalan rumah ada penjual pecel lele yang ulekan sambalnya yahud benar!
Asal sambal gak keterlaluan pedasnya, saya suka.
Tapi kalo masakan jadi sudah pedas pol, saya gak bisa soalnya rasa pedas gak bisa disetel lagi
Nah iya memang kui paman.
Penjual pecel lele di depan rumah ini ulekannya memang aduhai, sambal ini bisa dibuat pedas tetapi buat yang kurang menyukai pedas bisa adiktif juga karena makan pecel lele tanpa sambal seperti ada yang kurang saja hahaha
Sambal yang enak bisa membuat orang yang gak suka pedas jadi mencicipi. Saya sudah membuktikan 🤣