Betul, judul di atas khas orang tua dan orangtua yang tak doyan pedas. Saya doyan pedas dalam arti bisa menerima rasanya sepanjang di bawah level satu. Bukan doyan dalam arti keranjingan.
Itu pun dengan catatan, saya lebih suka pedas dari nyeplus cabai saat makan tahu, bukan tahunya yang secara default sudah pedas. Prinsip yang sama berlaku untuk sambal pelengkap nasi dan lauk karena setelan pedas bisa saya setel.
Makin ke sini makin banyak anak muda doyan pedas. Maka sambal mi instan pun ada yang memberi opsi tiga jenis pedas. Level satu, level dua, dan kalau digabung jadi level tiga. Mungkin kelak muncul level empat.
Generasi saya dulu menyebut maniak pedas sebagai orang dengan lidah sepatu.
2 Comments
Nah ini dia paman, lidahku dasar lidah orang dulu.
Suka yang pedas sedang kalo yang pedas banget gak mau karena udah tak ado rasa hahahaha
Nah ini tukang makan yang asli. Kalau terlalu pedas, rasa makanan jadi gak jelas 😁