Di sekitar tempat tinggal saya sukar memperoleh tempe mlenuk. Tukang sayur selalu membawa tempe potong. Rasanya, menurut lidah saya, kalah dari tempe piramida tipis. Pagi tadi istri saya mendapatkan tempe terbungkus kertas, yang di dalamnya melibatkan daun pisang.
Ihwal tempe potong, tak semua bisa menjadi tempe semangit maupun tempe bosok sebaik tempe wungkus yang mlenuk itu.
Teman saya, seorang bapak yang gemar memasak mangut dan sambel tumpang, berkisah bahwa tak semua tempe itu bisa jadi bosok secara alami.
Dia pernah mencoba, selama seminggu tempe potong tetap seperti sedia kala. Penyebabnya, kata dia, “Lha wong dikasih pengawet. Tikus saja ndak doyan.”
4 Comments
Di Bantul malah pengrajin tempe rumahan bentukannya seperti ini dengan ikatan dari mendong (apa bahasa indonesianya mendong, ya? hehe)
digarit kemudian digoreng garing. Duh. inuke..
Iya diikat mendhong. Waktu kecil saya paling suka kalo dikasih kesempatan ibu saya bikin garit. Kadang ujung pisau buat bikin gambar, tapi kalau terlalu dalam si tempe akan muprul 😁
tempe mlenuk macam gini ini paling enak digoreng kering.. terus bagian pinggirnya itu.. duhh duuh..
di Indonesia saja, tempe ini agak sulit didapat, kecuali harus ke pasar..
tempe ini rasanya kurang cocok diolah jadi masakan berbahan tempe lain. karena selain jumlah kedelainya tidak terlalu banyak, tempe ini terlalu empuk..
Di Berlin ada? 😁