Pagi cerah pukul tujuh sebuah becak melintas, mengangkut mangga indramayu. Harga satu kilogram Rp12.000. Entah lebih murah atau lebih mahal, tapi ibu-ibu langsung menyerbu.
Saya tak menanya penjual, becaknya menyewa di mana apalagi berapa ongkosnya. Sudah lima tahun lebih saya tak melihat becak di kompleks saya. Secara bertahap becak punah.
Dulu becak melayani ibu-ibu yang turun dari angkutan CH, dari Cililitan, di terminal mini si angkot. Lalu mereka yang pulang kerja, atau belanja dari Pasar Pondokgede, atau menjemput cucu, melanjutkan perjalanan dengan becak. Saat hujan becak laku banget.
Ibu-ibu pelanggan becak itu tak dapat naik motor, hanya bisa membonceng. Sekarang mereka sudah pensiun. Sebagian mulai uzur. Generasi putri mereka sejak SMP naik motor. Lalu ada Gojek dan Grab. Saat yang sama penumpang CH juga terus menyusut. Seorang sopir pernah mengeluh kepada saya, “Angkot sepi sejak kredit motor gampang, Pak.”
Penumpang angkot berkurang, becak pun menghilang.
4 Comments
Tukang becak terakhir di kampung saya, sudah lama pensiun jadi tukang becak. Sejak rumah kontrakannya dijadikan sekolah swasta, dia kemudian dipekerjakan di sekolah swasta tersebut…
Di sekolah tersebut sekarang ia diberi fasilitas motor roda tiga merk viar buat ngantar logistik karena gedung sekolah tersebut tersebar di beberapa tempat.
Kalo pas lebaran kurban, dulu untuk membagikan daging kami meminta dia muter pake becaknya, sekarang kami tetap minta dia muter mbagikan daging kurban, tapi pakek viar…
Cerita menarik ini. Bisa jadi kisah di blog 👍🙏
terakhir saya lihat becak sektiar dua tahun lalu, mangkal di perempatan dekat pasar Sumber Artha, Bekasi..
Becak untuk bawa belanjaan banyak dari Pasar Zam