Orang yang mabuk sepeda, karena sebelumnya bukanlah kaum gowes, bisa berlaku lajak.
↻ Lama baca < 1 menit ↬

Sepeda lipat warna merah | Blogombal.com

Separuh pengkhotbah separuh motivator, dengan meyakinkan dia katakan kembalilah ke masa kanak-kanak hingga mahasiswa, naik sepeda ke mana pun bukan masalah. Soal hujan, pemotor juga mengalami.

Jangan cengeng. Tak usah manja.

Kelak setelah ada pekerjaan lagi, berangkat dan pulanglah dengan naik kereta angin.

Dia sedang bersemangat menikmati ulang pengalaman bersepeda, tersebab punya waktu setelah pensiun dan kemudian pagebluk Covid-19. Tiada posting di medsos tanpa sepeda.

Seperti orang kasmaran, sikon orang lain tak dia pedulikan. Termasuk sikon orang yang barusan dia kenal lalu dia ceramahi.

Aku punya pembenar subjektif sok ilmiah sejak dulu. Kelenjar keringat berikut aktivitasnya dalam diri setiap orang berbeda. Faktor klimatologis berikut polutan setiap kota berbeda. Topografi setiap wilayah berlainan. Kerawanan setiap rute, dari sisi keselamatan dan keamanan, juga beragam. Dan ini yang penting: status kardiovaskular setiap orang tak sama persis.

Hanya bersepeda di sekitar rumah, sejak dulu, sebelum demam sepeda saat pandemi, pun bagiku cukup.

2 thoughts on “Sepeda bukan untuk orang cengeng manja

  1. sepeda sekarang, di Berlin, banyak yang pake motor elektrik, paman. tujuannya memperingan gowesan. ngga perlu lagi ada gerigi rasio, cukup motor listrik yang bisa dengan pintar mengompensasi beban dan membuat kayuhan jadi lebih ringan..

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *