↻ Lama baca 3 menit ↬

101 sketsa wajah hantu

Pertanyaan yang pernah saya terima saat saya berumur sepuluh tahun itu terulang lagi sepuluh tahun kemudian dari orang yang berbeda.

“Lha Mbah Kakung yang sering duduk di tangga teras, tengah malam, sambil merokok, itu dari bapak atau ibu Njenengan, Dik?” tanya Pak Ahmad Basri, seorang guru SD, yang tinggal di Kampung Pengilon, belakang rumah saya di Salatiga.

Tetangga depan rumah, sudah dewasa, saat menanya saya sepuluh tahun sebelumnya juga sama topiknya. Padahal simbah kakung, bapaknya ibu saya, sudah meninggal. Adapun simbah kakung, yang bapaknya bapak saya, tinggal di Yogyakarta. Yang ada di rumah hanya Mbah Putri, ibunya ibu saya.

Mbah Putri pernah menjawab saat tanya, memang ada yang menjaga rumah kami di Jalan Osa Maliki 50, Salatiga, Jateng. Si kakek tak pernah mengganggu penghuni.

Misalnya itu betul hantu atau sebangsanya, saya belum pernah melihatnya, padahal saat remaja kadang saya pulang tengah malam. Mungkin sosoknya seperti gambar terakhir dari posting ini.

Juga misalnya si kakek yang suka klepas-klepus* ternyata penjaga rumah tanpa honor, nyatanya rumah kami pernah kemalingan.

Menyangkut sosok, apa yang saya dan adik saya pernah kejar, yakni seseorang yang kami kira teman yang kami tunggu di SMAK 1 sebelah kuburan, lalu senja gerimis itu dia menghilang, juga tak kami kenali wajahnya.

Saya tak tahu wajah si terduga hantu itu. Saya cek di buku ini tampaknya tak tercakup.

Hantu minta digambar

101 sketsa wajah hantu

Sebagian besar bentuk dan rupa hantu dalam 101 Sketsa Wajah Hantu ini mengerikan. Ada sih yang biasa, misalnya hantu perempuan bernama Srinthi. Dia pula menurut penulis sekaligus ilustrator, Indiria Maharsi, yang meminta, “Tolong saya digambar, Mas.”

Saat itu, malam, Indiria sedang menggambar untuk bukunya. Dia penuhi permintaan itu. Dan menjadi lema hantu nomor 70 di halaman 164-165.

101 sketsa wajah hantu

Kalau hantu buto ijo sih tak minta digambar. Juga tak memberi duit. Padahal dia sealiran dengan tuyul, suka mencuri uang. Bahkan hantu ini diperjualbelikan. Perbedaan si buto (raksasa) dari tuyul adalah “mampu mengambil uang 100 ribuan tapi juga mampu mengambil 50 ribuan” (hal. 35).

Kini dengan makin banyaknya orang menyimpan uang di bank, dan membayar secara non-tunai dari ponsel, entah bagaimana buto ijo mengambil uang. Melakukan peretasan untuk mencuri data dan melakukan fraud?

Tuyul suka menyusu ibu dan gadis

101 sketsa wajah hantu

Dalam buku juga ada tuyul. Tampangnya tak mengerikan. Tuyul bibir vertikal gemar menyusu perempuan majikan dan anak gadis majikan yang belum menghasilkan ASI. Akibatnya cewek tersebut sulit beroleh jodoh karena auranya negatif.

101 sketsa wajah hantu

Lalu ada hantu menangis. Dia, perempuan dewasa, sering menangis karena kehilangan tempat tinggal.

Saya pernah mendapatkan pertanyaan soal hantu menangis tapi berupa suara anak kecil. Suatu hari, sekitar 2005, general manager HR dan bagian umum, menanya saya apa benar bekas kantor sebuah majalah, di Palmerah, tempat saya pernah bekerja, itu angker. Dia mendapatkan keluhan dari redaksi yang kemudian menempati gedung itu, bahwa siang pun ada suara tangis anak perempuan dari toilet.

Wah, kalau soal tangisan bocah saya belum pernah tahu atau dengar cerita. Memang sih kantor saya dulu kadang ada kejadian aneh. Suatu malam ketika saya sendirian di kantor, ada suara berisik dari di ruang rapat merangkap ruang TV dan ping-pong. Suara tanpa henti, meja kursi kayu didorong-dorong.

Malam itu saya beranikan diri membuka ruang dan menyalakan lampu. Posisi kursi – bukan kursi kayu, kecuali bangku untuk tiga orang – tak beraturan tapi tak ada yang jungkir balik. Tapi kenapa suaranya bunyi perabot kayu berat dari ruang berisi Chitose?

Saya lupa apakah sebelum malam itu sudah begitu formasi kursi. Pintu saya tutup lagi. Sepuluh menit kemudian kembali berisik. Saya biarkan saja. Toh kalau terjadi hal buruk, di seberang gedung ada satpam. Pada malam lain juga berbunyi. Akhirnya saya terbiasa. Saya tanyakan satpam, dia bilang itu luwak di plafon. Ah kalau di atap lantai dua mungkin ada luwak. Plafon lantai bawah mepet dak dengan banyak palang beton, tak ada celah masuk.

Nah, ada satu hal penting: beruntung saya tak melihat pelaku sehingga saya tak tahu wajahnya.

Mengenali wajah hantu

Penulis dan ilustrator buku ini bisa mengidentifikasi penampakan karena dia melihat dan tak takut. Indiria (48) adalah sarjana seni rupa yang menjadi ilustrator dan narasumber acara TV Percaya Nggak Percaya di Anteve.

Maka lihatlah sampel hantu yang dia gambar.

101 wajah hantu

Ada hantu kecelakaan. Ada pula yang saat ini sedang aktual: hantu pagebluk. Tapi citraan yang beredar selama Covid-19 adalah hasil bidikan mikroskopis terhadap virus baru korona. Mirip buah jarak atau rambutan rapiah garing.

101 wajah hantu

Sebagai selingan KDR/WFH PSBB, buku ini menghibur. Bisa dijadikan referensi jika suatu kali kita butuh, karena setelah membaca (kilat) saya sulit mengingat 101 wajah hantu.

Bukan hantu, hanya iseng menambahkan efek dari potret sosok kakek Jawa merokok (© harisnurtanio, Needpix.com)

  • Judul: 101 Sketsa Wajah Hantu: Penampakan Seram Makhluk Halus di Sekitar Kita
  • Penulis dan ilustrator: Indiria Maharsi, M.Sn.
  • Tebal: 240 halaman
  • Penerbit: Narasi, Yogyakarta: 2018

*) Kembali ke soal kakek merokok, hal itu terulang di rumah kontrakan saya, di Bekasi, 2002. Seorang tetangga melihat, dan menanyakan, tapi kami tak tahu menahu. Pemilik rumah, seorang jenderal, lain waktu bilang, “Tenang Dik, rumah itu sudah saya ‘pagari’, minta tolong orang pintar.”