Saya penasaran, kenapa orang Jateng hanya mengenal kemangi, tapi pohpohan tidak? Mungkin sebagai perdu liar dibiarkan jadi santapan kambing.
↻ Lama baca < 1 menit ↬

Hadiah bibit tanaman pohpohan dari orang baik di Bogor

Seseorang yang baik hati dan tidak sombong, dan mungkin gemar menabung, mengirimi saya tanaman pohpohan dalam polybag. Tinggal memindahkan ke pot. Semoga jadi sehingga saya tinggal memetik.

Ya, saya suka pohpohan. Di Warung Ampera, Jalan Ahmad Dahlan, Jaksel, dulu saya sering menggado dengan sambal kecap sembari menunggu lauk diantarkan ke meja.

Sayang warung itu sudah tutup. Untunglah ada warung lain, Bu Ida, di sebelah Stasiun Gondangdia, Jakpus, yang menyediakan lalap pohpohan, termasuk yang berlubang.

Daun pohpohan di warung Bu Ida Gondangdia Jakarta Pusat

Saya mengenal pohpohan setelah dewasa dan tinggal di Jakarta. Itu pun dulu karena bertamu, meminjam salah satu pondok panggung bekas lumbung di rumah Aristides Katoppo di Cisarua, Bogor, Jabar. Wartawan Kompas Budiman Tanuredjo yang permisi ke Tides untuk pinjam rumah buat sekelompok bujangan berakhir pekan. Nah, saat kami sarapan, asisten Tides menghidangkan pohpohan. “Ini daun sehat,” katanya.

Benarkah orang Jateng kurang mengenal pohpohan? Sekarang tidak. Di Tokopedia ada senarai penyedia pohpohan di Surakarta dan Kudus.