Parti meruhi Bu Singgih nglegena tanpa awer-awer. Ing kahanan wuda blejet, juragane wadon mau dirubung bocah bajang sapirang-pirang, gedhene padha
bocah umur telung taunan kanthi kahanan wuda. Sing diuleng bocah-bocah bajang kuwi payudharane Bu Singgih. Tingkahe persis bocah kang lagi rebutan nyusu ibune.*
Akhir cerita tentang pengintipan oleh pembantu itu ternyata majikannya, seorang janda, memiara tuyul. Tapi dalam cerita tak ada paparan tetangga kehilangan uang tunai. Mungkin makin banyak orang menyimpan uang di bank.
Paragraf tadi disusul paparan:
Solahe Bu Singgih njingkat-njingkat, kaya patrape wong ketaman rasa keri sinartan guyu cekikikan memper wong gojeg gledhisan. **
Demikianlah isi rubrik Alaming Lelembut di majalah berbahasa Jawa Panjebar Semangat No. 48, 30 November 2019.
Saya tak rutin mengikuti. Kadang ada cerita horor yang mencekam, tapi kadang biasa saja. Edisi yang ini pun kurang menyeramkan.
Saya tak tahu pasti sejak kapan Alaming Lelembut muncul. Yang pasti sudah lebih dari 40 tahun. Selalu dengan ilustrasi. Ada penggemarnya.
Terjemahan:
*) Parti mengucek-ucek matanya ketika melihat adegan dalam kamar. Dilihatnya Bu Singgih telanjang tanpa busana. Dalam keadaan telanjang bulat, juragan perempuan itu dirubung anak-anak laki telanjang yang tubuhnya seperti bocah tiga tahun. Yang dikerubuti anak-anak itu adalah payudara Bu Singgih. Perilaku mereka seperti anak-anak yang berebut menyusu ibunya.
**) Bu Singgih menggelinjang kegelian sambil cekikikan seperti orang yang sedang bercanda kelewatan.
Terjemahan versi saya terasa kurang pas. Blontankpoer dan Lantip bisa melakukannya lebih bagus.