Anda yang paham bahasa Jawa, dan terbiasa denga teks latin berbahasa Jawa dalam media Jawa seperti Panjebar Semangat, atau blog berbahasa Jawa Paman Patih Blontank Poer, pasti takjub dengan bahasa dalam tangkapan layar ponsel saya.
Kesan saya itu bahasa lisan nonbaku yang diangkut ke dalam aplikasi. Dalam bahasa Jawa madya modern mungkin bisa ditulis begini: “Cookie panjenengan kayané¹ ora kauripaké². Tatanan bisa diowahi yèn panjenengan nguripaké cookies.”*
Eh, “diowahi” atau “panjenengan owahi“? Kesan saya bahasa Jawa kurang menenggang kalimat aktif yang berlebihan. “Diubah” itu lebih santun ketimbang “Anda ubah”. Persoalan semantis bertaut dengan kultur, kan? :P Dalam bahasa Jawa krama, kata “dipun” (= “di”, awalan) itu sering sekali terucapkan.
Tapi apa terjemahannya “cookie(s)” selain kue? :D Lalu bahasa Jawanya “search history“, apakah benar “sejarah penggolèkan“? :D
——
1) Mana yang lebih tepat: kayané, sajaké, atau malah katoné?
2) Adakah kata selain kauripaké dan kasumet?
*) Dalam bahasa Indonesia: “Cookie Anda belum teraktifkan. Setelan bisa diubah setelah Anda mengaktifkan cookie.” Memang, berbeda dari teks resmi Google versi Indonesia.