↻ Lama baca < 1 menit ↬

Kadang tak tega juga kalau melihat ada musisi berpentas di mal tak ada yang menonton, tetapi musisinya tetap tabah padahal pentasnya memang dikemas sebagai tontonan — berbeda dari musik hidup sebagai pengisi suasana (misalnya piano untuk light jazz atau kuintet string untuk lagu enteng). Yah mau bagaimana lagi. Sudah kadung dikontrak.  Seperti di Gandaria City, Jakarta, ini. Ah, saya ingat teman yang kabarnya pernah menanya pramusaji kedai, “Saya harus berapa supaya mereka diam, turun dari panggung?” :D

Bagi saya tak semua jenis pentas musik cocok ditampilkan di mal. Pernah di Grand Indonesia saya tanpa sengaja mendapati grup progrock Italia berpentas di sana. Sedikit yang menonton, lebih banyak yang terganggu kupingnya.