Alhasil Semangkin Banyak Bawaan

▒ Lama baca 2 menit

KETAMAKAN DAN HASRAT

Kantong gadget seorang blogger kere kemplu

Jika Anda menyetir sendiri, lantas setelah memarkir dan mematikan mesin sering repot mengurusi bawaan, maka siapkanlah kantong plastik bening. Anda yang saya maksud adalah pria. Kalau wanita sih umumnya punya tas model kantong. Apapun bisa langsung masuk, tapi saat mengambilnya, apalagi gelap, butuh waktu — kecuali bagian dalam tas bisa menyala.

Ada pria yang merasa kurang lengkap jika hanya menyiapkan uang untuk parkir dan tol di titik yang terjangkau selagi menyetir. Kadang dompet pun mereka keluarkan supaya bisa beli koran, majalah, dan Aqua dari pengasong.

Jika dia sering bepergian memakai kaos, maka satu wadah (yaitu saku baju) telah lenyap. Akibatnya ponsel yang tak bertali, dan gadgets lainnya, harus diletakkan di tempat yang terjangkau.

Selama perjalanan sih tak ada masalah. Tapi setelah turun dari mobil baru repot karena harus mengumpulkan ponsel, kamera (selagi nyetir suka motret), dompet dan lainnya, lalu memasukkan ke saku atau tas bersama kunci kontak. Maka jelaslah bahwa kantong plastik bening (misalnya bekas kantong berondong cap Jolly Time) bisa menjadi solusi. Tinggal plang-plung. Bila perlu semua benda tadi sudah berada dalam kantong selama perjalanan.

Kenapa harus bening? Tas plastik gelap atau tas karton akan mempersulit pengecekan barang.

Memang, membawa kantong bening bisa mengganggu penampilan. Jika Anda masuk lift maka bawaan akan dilihati orang. Ya, kantong macam ini hanya cocok untuk orang yang ngantornya di bangunan rumah tinggal, dan jarak dari parkiran ke pintu masuk cuma 30 langkah.

Lho bukannya ada kantong sejenis yang lebih bagus, misalnya untuk outdoor activities? Walah, harus keluar uang esktra — kecuali pakai ini. Hasilnya juga sama: akan dilihati orang sampai orang-orang itu akhirnya terbiasa — kecuali Anda suka gonta-ganti gadgets dan gizmos, lagi pula memang punya bakat showy.

Pangkal masalah dari semua itu adalah pemilikan benda. Dulu orang (modern dan urban) ke luar rumah cukup membawa dompet dan pulpen. Akhirnya orang butuh tas kerja. Akhirnya orang membawa ponsel. Akhirnya orang membawa botol minuman. Maka maklumilah jika ada orang yang menjadikan dirinya sebagai lemari: memakai rompi berbanyak kantong dan celana kargo, sambil menggendong ransel 20 kompartemen — masih ditambah kalung berbandul tas.

Ketika seseorang mengendarai mobil, maka si kendaraan betul-betul dioptimalkan sebagai ruang berjalan. Radius jangkau dari setir untuk barang yang bisa diambil dengan lekas. Di luar radius adalah untuk barang yang dipakai sesuai kesempatan, dari sepatu sampai baju, stik golf sampai tongkat biliar, buku (yang tak pernah dikeluarkan apalagi dibaca) sampai helikopter aeromodeling.

Mungkin hanya raja dan presiden yang tak perlu membawa barang-barang itu bahkan sampai dompet sekalipun. Padahal mereka tak pernah menyetir sendiri.

Tinggalkan Balasan