↻ Lama baca < 1 menit ↬

Sejarah adalah reputasi. Bisa jadi alat unjuk diri. Tapi pada 1969, ketika belum ada EyD, ejaan yang lazim adalah “ibu” dan bukan “iboe”. Hanya merek tertentu dari masa kolonial yang suka ber-“oe”. Tapi kalau mau konsisten, mestinya “harum” ditulis “haroem” atau “aroem”. Celakanya main-main teks ala jadul zaman sekarang kadang main hantam krama. Apa pun yang “u”, terutama dari bahasa Eropa (Belanda), dijadikan “oe”. Salah kaprah yang menyesatkan. Huruf “u” dilenyapkan. Misalnya? “roebrik”. :D

binatu di jalan ahmad dahlan jakarta

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *