↻ Lama baca 2 menit ↬

BAGI SAYA LAZIM, TAPI DIANGGAP ANEH.

backless di pesta

Saya ini ndesit, belum jadi manusia kosmopolit. Tapi ada orang yang mengaku sama ndesitnya dengan saya, sehingga dia berharap akan memetik pencerahan.

Dia tadi bertanya saya sedang apa dan di mana sebelumnya. Saya bilang barusan kondangan di anu. Dia langsung bilang, “Oh di sana? Luxurious tuh. Tapi AC-nya dingin banget.”

Saya tak paham arah pembicaraan. Akhirnya terlontarlah, “Menurut njenengan aneh nggak? Di ruang nyuessss dingin kayak gitu memang enak pakai setelan jas. Tapi wanitanya pada buka bahu dan punggung kan?”

Saya bilang ya begitulah kelaziman busana pesta. Saya juga senang lihat wanita cantik bergaun pesta indah dengan keterbukaan, dan pikiran tak akan berkeliaran ke mana-mana, karena memang di sanalah tempatnya. Yah, seperti di kolam renang dan pantai, ketika semuanya topless ya biasa saja. Tiada yang janggal. Kalau tempatnya salah, nah itu baru menarik. :D

“Bukan itu masalahnya. Kenapa harus berpakaian yang bisa bikin kedinginan?”

Debat kambing pun mulai. Saya menyergah, untuk membelokkan masalah, “Lebih baik kedinginan daripada kegerahan apalagi sampai make up luntur, terus bau badan nyebar. Kedinginan bisa dikurangi pakai syal, selendang, atau apalah… Soal masuk angin, itu risiko. Yang penting bisa kasih bukti ndak panuan kan?”

“Kalau lebih baik kedinginan, kenapa prianya ndak ngimbangi pakai baju tipis, tanpa dasi, ndak ada jas, lantas kalau mulai kepanasan tinggal buka kancing?”

“Lha itu kan resepsi kawinan, bukan diskotek, Den Mas!”

“Oke, sekarang ndak usah ngomongin pesta dan dugem. Ngomongin soal kerja saja. Banyak kantor AC-nya disetel dingin banget supaya bos besar yang pakai jas nggak gerah. Akibatnya orang lain kedinginan, terpaksa pakai baju lengan panjang sama dasi. Tapi begitu keluar dari kantor akan kegerahan, lepas dasi, gulung lengan baju. Ya kan?”

Saya mulai bingung, “Lha terus piye, Kang? Wong yang pakai jas itu sering dilepas, kecuali ada tamu atau mau difoto…”

“Di negeri tropis kayak gini mestinya orang nggak perlu niru pakaian subtropis atau yang lebih dingin. Liat aja banyak karyawati melepas sepatu karena kakinya berkeringat, sementara permukaan kulit lain tetap kering kena AC.”

“Ooo jadi mangsudnya situ, semua kantor kayak pasar, semua lelaki boleh ngliga (telanjang dada), terus semua pesta di tempat tanpa AC wanitanya cuma kembenan kayak mempelai perempuan, atas nama penyesuaian iklim?”

“Lha namanya juga wong ndeso, Mas! Mangkanya minta petunjuk…”

“Lho bukannya resepsi di tempat sumuk pun banyak hadirin berpakaian yang bikin keringetan? Kenapa ndak dianggap aneh?”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *