Partai Bedak Gatal itu. Anda Masih Butuh?

▒ Lama baca < 1 menit

KITA BANGSA OPTIMIS, TAK KENAL JERA. :D

party-nya orang partai

Izinkanlah saya mengajukan pertanyaan naif. Masihkah Anda memercayai partai politik dan membutuhkannya?

Saya awam politik, meski yah… kadang menjadikan isu politik sebagai infotainment semata. Untuk disimak sejenak (siapa tahu bermanfaat lucu), dikomentari (supaya dianggap terpelajar), lalu dilupakan (ini alami).

Kadang partai seperti badak bedak antigatal untuk punggung. Dengan terpejam pun kita tahu titik gatal kita, tapi ketika menaburkan bedak, bahkan di depan cermin dalam ruang terang, bedak itu hanya berceceran mengotori lantai. Rasa gatal tetap menanti taburan antihistamin, dan terus berharap, bahkan kian meningkat kadarnya.

Partai adalah soal butuh dan tak butuh. Kita butuh karena merekalah yang mestinya menyuarakan kepentingan kita. Apa pun bunyi statuta masing-masing pastilah berisi klaim tentang agregasi kepentingan rakyat.

Kita tak membutuhkannya kalau kepentingan kita sudah tercapai — itu idealnya. Yang lebih sering terjadi, kita tak butuh karena sebal dan tahu diri. Kepentingan kita tak terwakili. Mereka yang ada di parlemen adalah wakil partai berlencana wakil rakyat — dengan segala ongkosnya.

Ya, mereka. Mereka yang membangun pagar tinggi dan kokoh untuk gedung rakyat, agar tak semua orang masuk lalu mengusik kesibukan mereka. Ya, mereka yang memasang tembok berlapis marmer untuk meredam pekik parlemen jalanan, sambil menghalangi fasad gedung dari pelintas jalan di depan.

Salah, jika kita katakan partai dan poli-tikus adalah orang-orang yang berpikir jangka pendek. Sejak kemarin mereka mulai kasak-kusuk untuk memenangi pemilu, dengan meja berstiker “konsolidasi” dan “silaturahmi”. Mereka berpikir lebih panjang daripada kita, lalu kita mempersilakan mereka untuk dikadali.

Baik, baiklah. Saya tahu Anda sudah muak dan bosan membaca tulisan ini. Anda pun tak peduli bahwa partai-partai besar bikin liga untuk menandingi forum partai eceran, partai tungau, partai gurem.

Saya tak hendak berlama-lama menulis. Saya hanya ingin mengulangi judul untuk bertanya.

NB:
Kenapa keledai tak terantuk batu yang sama untuk kedua kalinya? Karena rute sudah berganti, dan jalan sudah diperbaiki. Untuk itu, keledai tetap butuh partai dan poli-tikus, kan?

Tinggalkan Balasan