↻ Lama baca < 1 menit ↬

MENGUJI KEDEWASAAN PARA PENGENDARA.

polisi tidur

Polisi tidur adalah potret kekonyolan Endonesah. Dari pilihan nama saja sudah lucu — tapi efektif. Siapa juga yang mau melindas dengan kencang polisiwan yang sedang tidur? Kalau dia tidur terus sih ndak masalah. Lha kalau bangun lalu mengejar?

Memang inilah Endonesah. Warganya hanya berkemungkinan patuh hukum jika ada polisi. Itu pun dengan catatan: polisiwannya juga taat hukum.

Apa pun namanya — dari polisi tidur sampai polisi nungging (saking tinggi dan terjalnya) — brenjulan pengejut itu merupakan batas akhir ketidakberdayaan warga terhadap pengabaian peraturan maupun sopan-santun berlalu-lintas.

Daripada repot harus meneriaki setiap pengendara yang suka ngebut, lebih baik memasang upaya pemaksa pasif. Sayang tak semua orang bisa dipaksa.

polisi tidurHanya pengendara sopan, apalagi mereka yang mobilnya ceper dan memperbesar velg menjadi dua ukuran di atas standar, yang akan menghormati polisi tidur.

Sampai di sini persoalannya jelas. Nah masalah jadi membingungkan ketika warga perumahan pemasang brenjulan, setiap melewati kompleks lain, justru akan ngebut. Di kandang sendiri menuntut orang lain jinak, tapi di kebun binatang lain malah ikut liar.

Saya tak tahu seberapa efektif ajakan warga sebuah perumahan di Bandung ini agar setiap pengendara berlaku dewasa: tanpa polisi tidur pun tetap pelan.

Sebagai eksperimen kehidupan sipil, ini patut dihargai.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *