↻ Lama baca 2 menit ↬

POSE TIARA LESTARI DALAM MAJALAH TEMPO.

tiara lestari di majalah tempo

Tempo gitu loh. Memuat pose Tiara Lestari sedang menunjukkan perut hamilnya. Untuk ilustrasi berita peluncuran bukunya. Rubriknya Pokok dan Tokoh. Edisinya 2-8 April 2007. Muncul bareng pesohor lain dalam kemasan dua halaman.

Lantas? Tak soal. Bagi saya itu seperti foto lainnya yang menyangkut wanita elok berprofesi model. Tak ada yang salah. Kalau register cetak meleset, sehingga gambar bertumpuk, itu baru salah.

Merangsangkah foto itu? Tidak.

O, karena saya sudah tua dan tak lagi bertenaga maupun berhasrat? Mungkin. ;)

Tapi ketika muda sekalipun saya tak tergerak oleh foto macam itu. Sama seperti ketika mata mendapati puting terbuka karena sedang menyusui. Biasa saja.

Diperlukan sejumlah syarat bagi lelaki untuk menjadi terangsang dan kemudian ereksi. Semuanya berpangkal di otak. Dalam bahasa awam juga menyangkut suasana hati. Mungkin rumit, mungkin sederhana. Yang pasti, berahi yang berujung pada tegaknya sesuatu tak mesti berawal dari ketelanjangan lawan jenis.

Mungkin rumit, mungkin sederhana. Terangsang adalah satu hal, dan ereksi adalah hal lain. Bayi laki pun sudah bisa ereksi saat bangun tidur tanpa bayangkan kenikmatan erotis. Pria bisa menegak dalam tidur lelap. Di luar kehendak, bisa saja sesuatu yang mengeram tiba-tiba unjuk diri memberi salut dan (mungkin) bikin malu.

Hasrat. Kehendak. Dan tenaga. Mungkin pertautannya bisa ditampung dalam model matematis yang simpel. Tapi sebagai masalah, disfungsi ereksi lantaran faktor nonfisiologis tak dapat diatasi semudah membuka ritsleting.

Erotisisme memang kaya akan dimensi. Selalu dan selalu masalahnya bisa kita diskusikan dengan bijak. Tentu dengan kedewasaan bahwa itu bukan semata pasal syahwat bernama ereksi, karena ternyata juga menyangkut hal lain yang diyakini dalam kehidupan sehari-hari; tentang pantas tak pantas, nyaman tak nyaman, indah tak indah.

Erotisisme selalu bisa kita diskusikan secara dewasa tanpa mengerangkeng dan mempermiskin masalahnya hanya menjadi soal ereksi, penetrasi, ejakulasi, prokreasi. Bahkan untuk binatang tertentu pun pengembangbiakan (oleh manusia) bukan hal mudah.

Tentu pandangan ini sangat lelaki. Tepatnya: hanya mewakli seorang lelaki. Saya tak tahu bagaimana wanita memandang erotisisme. Tapi saya menduga masalahnya tak sesimpel puting mengeras dan pelumas bartholin bekerja. Manusia bukan mesin. Juga bukan satwa.

© Foto: Tempo/Ramdani

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *