↻ Lama baca 2 menit ↬

MARI MENGGAMBARI SAMPUL BUKU KLASIK.

Buku denganmu sampul kosong supaya pembaca yang menggambari

Sampul depan buku-buku fiksi itu putih polos. Cuma ada logo penerbitnya, Penguin Books, di kanan bawah. Pada plastik bungkus ada stiker “Bukunya bikinan orang hebat, sampulnya bikinan sampe(y)an”.

Sebuah cara pemasaran yang melibatkan partisipasi konsumen. Serupa dengan permen pedas cap kapal yang menantang siapa saja ikut membangun kemasan. Bedanya, yang buku ini hasilnya langsung terlihat. Bahkan Aksara, toko bukunya, menggelar kontes sampai 23 Maret.

Inilah pemasaran anyar. Konsumen dibuai pemanjaan, seolah tak sekadar membeli dan memiliki produk massal. Yang ada di kita berbeda dari milik tetangga, padahal isinya sama.

Personalisasi. Bukan hal yang baru. Ketika dulu, dulu banget, zaman ndak enak, buku tulis masih bersampul biru keunguan, banyak anak sekolah melapisinya dengan bekas kalender dan sobekan majalah luar negeri.

Waktu SD saya pernah menyampulinya dengan hibah majalah Music Express dan PopFoto, majalah-majalah musik Belanda, dari kakak sulung saya. Gambarnya rockers. Sebagian musisi itu belum pernah saya dengar lagunya. Yang penting Barat. Cuby and the Blizzard, Focus, Ekseption, dan Camel, misalnya. Saya cuma tahu namanya. Pokoke bisa nggaya, kemaki, mbagusi, belagu.

Buku denganmu sampul kosong supaya pembaca yang menggambari

Untunglah buku cap AA kemudian melansir sampul sejenis, hasil repro dengan raster payah: Led Zeppelin, Black Sabbath, Deep Purple. Ada juga yang bersampul Koes Plus, Mercy’s dan D’Lloyd, dengan foto lebih tajam, tapi snobisme barang impor mengalahkannya. Yang begitulah yang namanya cah ndeso.

Buku tulis kita tinggalkan. Kemudian sampailah kita pada komputer bersistem operasi Windows. Banyak orang melakukan personalisasi pada themes, minimal pada wallpaper-nya.

Lantas ketika ponsel merebak, banyak pemilik ingin mengubah case, padahal itu tak mendongkrak kinerja si alat. Tak puas mengibah case, “logo operator” pun diubah. Ketika layar ponsel menjadi berkelir dan bisa menyimpan gambar, personalisasinya lebih meriah.

Buku denganmu sampul kosong supaya pembaca yang menggambari

Untuk personalisasi cangkang ponsel, teman saya sampai menggunakan Pilox. Saat itu belum ada layanan cetak digital untuk pelapis handset seperti yang, antara lain, diawali di E-X Plaza Indonesia, Jakarta.

Sekarang untuk personalisasi yang mencakup buku klasik, Indonesia bisa menirunya. Dan harus berhadiah. Jangan lupa pengantar apresiatif pada setiap buku.

Lantas bagaimana isi buku Crime and Punishment karya Fyodor Dostoyevsky ini? Saya belum membacanya. Maklumlah saya memang kurang literer. Apalagi buku ini tebal dan berbahasa Inggris. Mumet saya. Tapi yang penting snob kan? Kelihatan terpelajar gitu lho… :D

Buku denganmu sampul kosong supaya pembaca yang menggambari

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *