MENGATASI SUSAH KENTUT & MENGOBATI PANU.
Siapkan seekor tokek. Bagaimana menangkapnya, itu tak penting. Yang pasti tokek bisa diramu bareng telur ayam kampung, madu, dan kunyit untuk (maaf) merawat sensitivitas vagina. Tenang, tak dioleskan melainkan diminum tiga kali seminggu.
Ny. Helene A.R.M.B., si penulis 1001 Resep Kehidupan Surgawi, dalam halaman 15 menyatakan:
“Jikalau sang isteri merasa tego (tegel jw) dan tidak merasa jijik, terhadap binatang tokek, maka sebaiknya membuatnya sendiri, sang suami tinggal merasakan hasilnya/buahnya saja diwaktu persetubuhan. Dan akhirnya sang suami bilang, dik… adik sayang kau bertambah nikmat… Silahkan coba ibu-ibu.”
Membingungkan. Bikin mual. Yang ngaco juga ada, misalnya untuk menambah keperkesaan pria santaplah sate torpedo (testis kambing) setengah matang (hal 32). Boleh jadi akan lebih sip lagi kalau pakai jimat berupa rajah yang ditulis di atas daun sirih, lantas daunnya dikunyah (hal. 18).
Kalau terbukti benar dan mujarab, sari tokek bisa jadi kapsul, dan sirih dengan script bisa dikemas seperti Listerin Pocket Paks.
Apakah dari “1001” itu isinya melulu erotika? Namanya juga panduan mewujudkan kehidupan surgawi suami-istri, maka ada cara mengatasi sulit kentut (makan ubi jalar mentah, hal 131), mengobati “batuk seratus hari” (batuk rejan, ramuan rempah, hal 146), dan… membasmi panu (oleskan jeruk nipis dan belerang, hal. 71). Kebersamaan dan kerukunan kan bukan semata soal seks (cieeee…). Lagi pula petunjuk tadi boleh jadi benar, nggak ngaco.
Isi buku yang sampulnya bersetrip “edisi lengkap” dan halaman dalamnya bertera “edisi super” ini tak sampai 1.001 tip, tapi cuma 190 tip, sekitar 90% mencakup kesehatan reproduksi.
Mungkin Bu Penulis sudah mempraktikkan semua resep, sehingga mencapai kehidupan surgawi. Suami tidak panuan, “gagah perkosa” pula — oh ya: semoga juga setia (ini penting, keperkasaan sebaiknya tak mengenal file sharing).
“Dan perlu diketahui pengalaman yang terungkap dalam buku ini sudah banyak dibuktikan oleh para nenek moyang kita terdahulu, bahkan penulis sendiri pernah mencobanya. Waaah hasilnya sangat memuaskan. Kalau tidak percaya, kami persilahkan para pembaca yang budiman untuk mencobanya…”
(Pengantar, hal. 5)
Buku-buku kaki lima punya pangsa sendiri. Pembelinya tak perlu mendatangi Ikapi Book Fair. Penerbitnya tak perlu ke Frankfurt Book Fair. Koran dan majalah terhormat tak menganggapnya layak resensi.
Tapi terhadap tip yang aneh binti ajaib bin ganjil, siapa yang mesti bertanggung jawab? Ini pertanyaan gombal, seperti setelan dalam temu wicara dengan pejabat.
Kita butuh buku edukatif untuk rakyat dengan harga dan pola distribusi yang sangat merakyat. Tak cukup kita mengampanyekan gemar membaca tapi buku yang tersedia dan mudah dibeli adalah yang menyesatkan.
fund al loan communityhome loan percent 5 down110 loan refinancingloan alabama landcredit card interest loans 02nd requirements home loan va95 home loan percentsubsidies agricultural loanspercent 0 loan auto401 k loan process