↻ Lama baca 2 menit ↬

PAPARAN SEORANG ILMUWAN YANG BLOGGER.

buku tentang air karya a hafied a ganySiapa juga yang mau jadi The Mariner (Kevin Costner) dalam Waterworld.

Kakinya berselaput, kupingnya kayak punyanya ikan, minumnya dari sulingan pipisnya sendiri. Tapi itulah hasil adaptasi untuk bertahan hidup sampai menemukan daratan. Kurang air kita susah. Kebanyakan air kita bingung.

Air. Tepatnya air tawar. Dulu, sebelum manusia bisa menggali sumur, air tinggal diambil dari sungai dan telaga. Maka wajar bila situs purbakala banyak berada di pinggir sungai. Peradaban dibangun dari girli (pinggir kali). :D Kantor saya memasang majalah dinding di dekat dispenser — memindahkan forum tepian sungai warga desa.:D

Kemudian saluran irigasi adalah potret kemajuan. Suku bangsa yang telah bersawah basah dianggap maju karena telah mengenal cara berorganisasi, termasuk mengorganisasikan kekuasaan agar orang tak saling bunuh gara-gara berebut air untuk sawah.

Embrio kerajaan dibangun oleh pendiri dinasti yang mempersatukan sejumlah desa. Entah benggol kecu atau titisan dewa — bisa jadi gabungan keduanya — pastilah dia orang kuat. Masih bermain basah, pentolan lanun dan perompak yang tangguh juga bisa jadi penguasa.

Kerajaan yang kuat pasti tahu cara bermain air, baik di darat maupun laut. Majapahit adalah sebuah contoh.

Kita butuh air. Kita hidup bersama 1,4 miliar meter kubik air (termasuk air tanah dan air laut). Tapi air tawar yang terbarukan baru sekitar 2,5 persen dari total air dunia.

Sekarang musim hujan. Dan kita berlomba-lomba mendangkalkan selokan. Di pinggiran Jakarta banyak jalan yang jangankan punya got dangkal, malah gotnya pun kadang terputus, teruruk oleh tanah dan beton.

Kalaupun got lancar, itu adalah kesempatan untuk membuang semua air hujan ke laut. Air dari atap dan talang rumah kita salurkan ke got depan rumah. Begitu pula air limbah cucian dan kamar mandi. Jangan sampai ada yang kembali ke tanah.

Ternyata kita tak mengenal air dengan baik. Sejak dulu saya punya impian, andaikan halaman rumah kita terlalu sempit untuk diisi sumur resapan, mestinya setiap empat rumah di kampung dan kompleks hunian punya satu resapan di tengah jalan. Setelah berlimpah biarlah airnya masuk ke got. Sayang banyak lurah tak mau memikirkannya.

Saya membayangkan alangkah bagusnya bila pengembang membangun telaga penampung air di kompleks perumahan. Bikinlah lapangan tenis yang melembah, agar setiap kali banjir sebagian air tertampung di kolam dadakan itu.

Kita, tepatnya saya, tak mengenal air dengan baik. Untunglah ada cendekiawan yang mengingatkan. Dialah Pak A. Hafied A. Gany (62), hidrolog yang pakar sumber daya air, konsultan senior di Departemen Pekerjaan Umum. Ayahanda dari La Rane Hafied Gany (JaF) itu menulis buku tentang air. Ilustrasi sampul dia rancang sendiri.

Kenapa ada bendungan jebol? Menurut Pak Gany, itu karena desain debit maksimum ditetapkan dengan periode ulang yang rendah. Ketika terjadi banjir besar 50 tahunan, maka bendungan yang telah mendangkal itu tak tahan. (Renungan untuk Pembelajaran Masa Depan, hal. III-67).

Air untuk semua orang. Sebagai sumber daya, menurut penyederhanaan saya terhadap pokok pikiran Pak Gany, penanganannya harus menyeluruh, tidak bisa setiap pihak mau menangnya sendiri. Demokra(tisa)si juga berperan. Kearifan lokal dalam menyangga lingkungan juga harus dihormati.

Karena air menyangkut hajat hidup orang banyak, maka Pak Gany menyodorkan keseimbangan iptek dan “kesalehan sosial”. Apa itu? Pemanfaatan air yang dituntun oleh hati nurani (hal. VII-2). Bukan mumpung ada air dan ada kesempatan berikut alatnya lantas menguras air habis-habisan.

Terima kasih banyak Pak, atas hadiah buku ini. Saya percaya Anda (dan tim Anda) akan terus berkarya untuk berbagi ilmu, terutama untuk masyarakat awam, dengan bahasa yang lebih merakyat.

JUDUL: Sumber Daya Air: Misteri, Sejarah, dan Teknologi di Baliknya • PENULIS: A. Hafied A. Gany • PENERBIT: Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air, Bandung, November 2006 • TEBAL: xii + 304 halaman • HARGA: ?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *