↻ Lama baca < 1 menit ↬

MASIHKAH PERHIASAN, BUKAN EMAS BATANGAN, JADI TABUNGAN?

gigi emas milik bursa efek jakarta

Iklan Bursa Efek Jakarta, yang antara lain dimuat di Femina, ini kocak. Mengajak masyarakat berinvestasi dengan meledek cara “kuno” berupa pembelian dan penyimpanan perhiasan emas, bahkan sampai ke gigi.

Soal gigi emas memang sering jadi lelucon. Banyak sekali versinya. Silakan Anda bagi.

Tapi betulkah itu kuno? Seberapa rentang kurun kuno?

gigi emas jakarta stock exchangeSaya tak tahu seberapa banyak pasangan muda sekarang yang masih menjadikan emas sebagai tabungan.

Generasi mbak-mbak dan tante (yah, sebaya saya haha!), meskipun lajang, setelah bekerja biasanya menabung untuk membeli perhiasan dengan harapan bisa dijadikan duit saat kepepet.

Generasi orangtua kita? Tentu. Malah nenek saya pernah bercerita, pada masa revolusi kemerdekaan banyak orang yang mencemplungkan botol berisi perhiasan ke dalam tanki septik. Itu untuk berjaga-jaga menghadapi perampokan dan penjarahan.

Meskipun begitu tak semua penyimpan perhiasan semata bermotif “tabungan untuk masa darurat”. Ada seorang ibu Jawa yang mayoritas anaknya lelaki (anak perempuan cuma satu). Untuk setiap anak dia sudah menyiapkan perhiasan (bukan gigi), sehingga bila tiba saatnya melamarkan anaknya keluarga itu sudah punya “tukon” selain kain batik tulis halus dan lainnya.

Si ibu berprinsip, meskipun anak lelakinya ketika mau kawin sudah bekerja, perhiasan untuk “tukon” tetap menjadi tanggung jawab orangtua. Sungguh mulia dan mengharukan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *