HUTAN KOTA UNTUK SEMUA WARGA.
Lelaki itu tertidur pulas. Saya tak pasti apakah dia ngorok. Misalkan dia mendengkur suaranya akan tertelan deru mesin dan kebisingan knalpot pelintas jalan tol.
Di hutan kota tepi jalan tol Jagorawi itu, siang tadi, dia mengaso berbantalkan tumpukan kardus terlipat. Menikmati keteduhan gratis di tengah terik mentari yang saat ini sedang membakar kawasan di selatan khatulistiwa.
Dia tak pedulikan sekitar. Sama seperti pelintas yang juga tak pedulikan dia — kecuali mungkin orang kurang kerjaan yang akan memarkir mobilnya di tempat aman lantas memasuki hutan (eh, taman) itu, sejauh 100 meteran, untuk sekadar merasakan bagaimana mengaso di bawah pohon.
Hutan kota mestinya memang untuk semua orang. Saya teringat taman Monas sebelum dipagadi. Siang hari selalu ada orang istirahat, tiduran di sana, berbaring di atas motornya. Sekarang masih ada, tapi sedikit.
