↻ Lama baca < 1 menit ↬

WAKTU ORANGTUA UNTUK ANAK, ALANGKAH TERBATASNYA…

anak belajar di salon

Seorang ibu, aktris dan pebisnis yang perpustakaan pribadinya hebat, pernah menasihati begini waktu saya muda: “Selagi anak masih kecil dan selalu minta dekat, turutin aja. Kalo dia minta dipangku, kita pangku. Kalo dia minta gendong dan kita kuat, ya gendong aja. Kalo sudah besar dia kita ajak malah menolak, menjauh dari kita.”

Dulu ke mana pun ibu itu pergi, termasuk syuting, anak-anaknya ikut. Mereka, katanya, jadi lebih tahu apa yang dilakukan ibunya yang orangtua tunggal itu.

Maka pada suatu malam di sebuah salon yang mulai menyepi seorang bocah kelas empat SD mengerjakan PR-nya. Itu imbalan terhadap rengekan penuh sesenggukan untuk ikut bapak dan ibunya.

Contoh klise dari latar klise sih. Kota-kota besar menjadikan sebagian orangtua kurang waktu untuk anak. Kesibukan dan terutama jarak serta kemacetan menjadikan hari buat keluarga itu sebuah acara khusus.

Tak sedikit bapak dan ibu yang berangkat pagi mendahului anak, tapi pulangnya setelah anak memeluk guling.

Barangkali benar juga alasan beberapa wanita yang tak berani punya anak karena sadar takkan bisa memberikan waktu untuk buah hati.

Ada juga wanita yang memutuskan bekerja di rumah agar selalu dekat dengan anak. Boleh juga sebaliknya: suami menjalankan peran domestik, istri kerja di luar.

Bagaimana dengan gadis kecil itu? PR-nya beres. Tapi belajar di meja rias jelas penuh godaan. Cermin selalu memanggilnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *