
Di warung sayur langganan saya, sekotak telur puyuh berisi isi sepuluh berharga Rp6.000. Berarti per butir Rp600. Saat memegang kotak plastik itu untuk saya foto, pikiran saya melompat mundur ke belakang, jauh nian, saat ada pemecahan rekor kue raksasa di Indonesia. Selalu disebutkan kue itu menghabiskan sekian ribu telur ayam.
Membaca info macam itu dulu pikiran usil saya langsung mencuat: kalau memakai telur puyuh akan butuh berapa belas bahkan puluhan ribu butir? Juga, berapa orang yang akan dikerahkan untuk memecah telur?
Sebenarnya saya tak tahu apakah telur puyuh layak untuk membuat kue maupun martabak. Saya tak paham seni perdapuran termasuk untuk kue dan roti. Maka tatkala akan menulis ini saya pun mencari tahu, bukan tempe.
Iseng saya mengecek soal puyuh di lokapasar, berupa burung maupun telur. Ternyata ada juga daging puyuh. Saya mencoba mengingat-ingat, tampaknya saya belum pernah makan daging puyuh yang dimasak apa pun. Kalau burung dara goreng sih pernah, abad lalu saat kuliah, di lesehan Panca Rasa, Malioboro, Yogyakarta, dan setelah itu tak berminat. Saya pilih ayam opor maupun ayam goreng.

Juga dari lokapasar saya tahu ada burung puyuh piaraan, bukan untuk pangan manusia (livestock). Mungkin ini untuk manuk landa goreng? Ada pula temuan lain: anak puyuh (DOQ, day old quail) beku untuk pakan burung predator, misalnya burung hantu dan elang serta reptil, misalnya buaya.

Lalu kalau soal telur, bagaimana sebenarnya perbedaan kandungan gizi telur puyuh dan telur ayam? Menurut tabel dalam laman PPG Gunsi, perusahaan pembibitan unggas, kandungan gizi dalam 100 gram telur puyuh lebih banyak daripada telur ayam.
| Nutrisi | Telur Puyuh | Telur Ayam |
| Kalori | 158 | 148 |
| Lemak | 11 gram | 10 gram |
| Protein | 13 gram | 12 gram |
| Kolin | 48% dari nilai harian | 61% dari nilai harian |
| Riboflavin | 61% dari nilai harian | 32% dari nilai harian |
| Vitamin B12 | 66% dari nilai harian | 43% dari nilai harian |
| Zat Besi | 20% dari nilai harian | 9% dari nilai harian |
Seratus gram kedua jenis telur itu berarti masing-masing sepuluh butir untuk telur puyuh dan dua butir untuk telur ayam. Lalu saya menyimpulkan, lima butir telur puyuh setara satu butir telur ayam.
Ehm, saya langsung teringat MBG. Adakah dapur yang menyertakan telur puyuh dalam ompreng? Ada lauk lima butir telur. Dibikin sate, dalam arti disatukan dalam tusuk sate, juga bisa. Asyik, lauk jadi kelihatan banyak. Anak-anak pasti girang, sampai rumah langsung melapor emak. Sayang saya tak suka sate puyuh. Eh, MBG memang bukan untuk saya ding.
Tetapi bukannya dalam tulisan terdahulu saya bilang jangan ada telur puyuh dalam MBG? Saat itu saya membayangkan hanya sebutir.


3 Comments
Dahoeloe beberapa wedangan (“angkringan”) di Solo ada sedia daging puyuh, dan saya kadang-kadang beli. Tapi itu sudah lama banget, kayaknya lebih dari 15 tahun silam. Sekarang, sejauh saya tahu, boten wonten.
Wah jangan-jangan buat lauk MBG ya 😂
🤣🤣🤣🤣🤣