Doni Orson bersungut-sungut, “Gimana ini Mas, MBG tambah nggak jelas…”
“Nggak jelas gimana? Kan jalan terus? Nggak semua anak keracunan, yang udah dirawat sekarang udah pulih,” sahut Kamso.
“Terus besok ada korban lagi…”
“Hmmmm…”
“Udah seminggu ini nggak ada progres, Mas. Bowo cuma bilang gitu. Puan bilang jalan terus, cuma kudu dievaluasi. Payah, di DPR nggak ada oposisi, adanya cuma oh posisi. Nggak ada moratorium. Huh!”
“Hmmmm…”
“Ini negara kayak nggak diurus dengan bener ya. Orang dapur yang bikin anak keracunan nggak diproses polisi. Emang mereka juga nanggung biaya rumah sakit? Apa anak-anak dianggap kelinci percobaan uji ketahanan perut ya, Mas? Di tentara aja nggak ada gitu.”
“Jangan bilang gitu, entar situ diinterogasi lho.”
“Mentang-mentang nggak ada korban jiwa lantas cincai semua, dari atas sampe bawah. Pokoknya jangan sampai ada kasus pidana?”
“Hussssss…”
“Kepala BGN yakin bakal bisa nyerap anggaran tujuh puluh satu triliun sampe akhir tahun, nggak mikir akan ada berapa porsi yang ditolak sekolah atau bakal bikin keracunan lagi. Mubazir! Malah dia minta menteri keuangan kasih tambahan dua puluh delapan triliun buat tahun ini. Tahun depan anggaran MBG jadi tiga kali lipat? Apa bener, Mas?”
“Hmmmm…”
“Makin nggak jelas gini kan, Mas?”
“Oh justru jelas, semua kudu nurut bos, program jalan terus…”
“Apa pun risikonya?”
2 Comments
Dikira memasak itu urusan sepele, Bang Paman :(
Selain anak sekolah keracunan, banyak bahan makanan terbuang lho, karena telanjur basi. Di Bogor, 30 SPPG melayani 286 sekolah. Satu sekolah ponakan saya yg SMP bisa 900-an murid. Itu sudah berlipat-lipat melampaui kemampuan katering yang sudah biasa menangani pernikahan (katakanlah seminggu dua kali). Lha ini tiap hari, satu unit harus melayani ribuan porsi. Ini sih dari desain sudah gagal :(
Juelas pol, cetho welo-welo. Harap maklum!