Memang masih musim bertanya apa kata-kata hari ini. Jika kita menanyakannya kepada sopir mobil jenazah, dia tak perlu menjawab. Tidak pada tempatnya dalam suasana duka bertanya jawab soal itu.
Tetapi jika ditanya lagi, mungkin dia akan menunjuk kaca belakang mobil. Itu sebuah pesan tentang kehidupan. Bagi siapa pun. Bahkan lokapasar pun menjual kaus dengan tema itu.
Saya melihat teks itu tadi saat melayat. Sejauh apa pun kita mengejar dunia, garis finish-nya tetaplah kematian. Tentu persoalannya bukan kapan kita akan mati, tetapi seberapa jauh kita menyadari yang kita lakukan adalah mengejar dunia.
Jangan-jangan kita tak merasa sedang ngoyo untuk mencapai sesuatu, namun di mata orang lain tampak terlalu keras, bahkan mengorbankan hal lain yang lebih bernilai. Terlalu banyak dimensi dalam sisi-sisi kehidupan manusia, dan yang paling mudah kita lakukan adalah menghakimi. Dalam kita itu terutama saya.
6 Comments
Oooh saya juga sudah beli kaveling kuburan yang siap huni 😁. Kompleks pemakamannya teduh dan tenang, enak buat birdwatching.
Kaveling makam siap huni, di Solo dan sekitarnya disebut pamijen. Dulu ibu saya semasa hidup punya pamijen untuk banyak calon makam, sekarang sudah penuh, termasuk untuk makam beliau….
Istilah pamijèn sudah jarang terdengar ya. Secara umum, pamijèn berarti kaveling yang sudah dibeli tak hanya untuk makam
Di Solo kalau orang nyebut pamijen konteksnya ke tempat pemakaman.
Saya belakangan, dengan penyakit yang sedang saya sandang, sering bertanya berapa lama lagi sisa umur saya untuk berpetualang di dunia. Takut? Tidak juga sih, lebih ke Ooo ya sudah.
Semua orang punya sisa umur, bukan?
🙏