Makzul Samsul apakah betul bikin masygul?

“Gimana tuh Mas, forum purnawirawan minta wapres dicopot?” tanya Kamsi sambil mengupas bawang merah.

“Ada permintaan lain juga, kurangi TKA Cina. Lha itu kan tergantung seberapa besar investasi Cina juga. Emang sih setahuku nggak ada aturan harus berapa jumlah maksimumnya,” sahut Kamso.

“Mas jangan nylamur. Napa sih males bahas capres?”

“Mmm.. anu. Itu. Eh, apa tadi?”

“Wapres, bukan yang di Bulungan tempat Anto Baret, Mas. Paham?”

“Lha kan harus lewat MPR, Jeng. Sebelumnya DPR harus sepakat, tapi apa mungkin? Lagian baru sebentar kerja kok disuruh turun. Kasih kesempatan karena masalah negara terlalu banyak. Mbok yang sabar to.”

“Mbok Sabar Jagalan nggak buka cabang di sini, Mas!”

“Presiden dan wakil itu sepaket, dipilih rakyat, nggak kayak Filipina. Mau nurunin wapres itu beda dari minta juragan toko nyopot pegawai yang mengecewakan pelanggan. Ini urusan negara, nggak bisa buat main-main supaya jadi bukan main.”

“Ngerti, Mas. Tapi kenapa dulu orang milih Bowo kalo nggak sreg sama calon wakilnya, lantas sekarang minta dicopot?”

“Lha kok nanya aku. Ya sana nanya yang milih pasangan itu.”

“Mas kayak orang itu, padahal dulu ngefans. Suka ngeles! Ini kan masalah etika politik gara-gara MK!”

“Lha yes noooh… Dulu pasangan capres itu kan juga didukung sejumlah pensiunan perwira. Nah, para pendukung itu bagian dari forum purnawirawan yang bikin deklarasi apa nggak?”

¬ Gambar praolah: Unsplash