Kalau saya katakan siapa bilang di musim PHK ini sulit mencari pekerjaan yang menghasilkan upah, pasti akan dikomentari menggampangkan masalah. Misalnya saya korban PHK, dan yang bilang begitu adalah pejabat, saya akan mengatakan, maaf, “Nda**mu!” Ingat, sebutan itu hanya layak untuk kepala udang dan hewan lain.
Tadi pagi saya melihat lowongan kerja (loker) pada tembok sebuah warung yang masih tutup. Maka dengan gampang saya sebut itu loker pasca-Lebaran. Yakin? Maaf, kalau ini memang menggampangkan masalah. Saya melihat pengumuman setelah Lebaran, padahal bisa saja kertas itu tertempel sebelum Idulfitri.
Cara kita berbahasa bisa bikin orang lain gusar. Mungkin karena sengaja, tetapi barangkali tersebab kita kurang cermat. Itulah seni berkomunikasi. Belum tentu orang lain seturut dengan yang kita maksudkan. Apalagi jika kita bertutur secara merawak.
Persoalan pekerjaan itu bisa rumit. Loker yang tersedia belum tentu cocok untuk pencari kerja. Misalnya loker ini. Saya tahu diri, dari sisi kekuatan raga saya takkan sanggup. Mana saya ngantukan pula. Banyak makan lagi.
Kata Menaker Yassierli, “Beberapa berita menyebut ada PHK, tapi setelah dicek, ternyata tidak seperti yang diberitakan.” (¬ Kompas.com). Ucapan pejabat seputar ketenagakerjaan sila Anda cari di arsip berita pelbagai media, termasuk janji kampanye Pilpres 2024.