Siang tadi, sebelum jam makan, ketika saya sedang sibuk bekerja di carport, perempuan bekerudung itu datang, membuka pintu pagar. Meskipun sudah tahu apa yang sedang saya lakukan, dia masih bertanya dengan tertawa kecil, “Lagi ngapain, Pak?”
Saya menjawab sambil tertawa, dia pun makin tertawa. Lalu saya masih menanya, padahal sudah tahu, “Bawa apaan Mbak?” Dia menjawab, itu hantaran Lebaran. Dia tertawa lagi saat saya bilang, “Terima kasih. Tapi ini hari kan belon Lebaran?”
Lalu dia langsung ke dapur, memindahkan isi hantaran dari rantang, berupa kuah kupat sayur dan semur daging, ke dalam mangkuk. Rengginang masih dalam kantong plastik, kue masih dalam stoples plastik.
Setiap tahun perempuan Betawi Pondokgede yang tak dipanggil mpok itu mengajak sejumlah tetangganya menabung. Menjelang Lebaran uang itu untuk membeli seekor sapi, lalu disembelih, dagingnya dibagi.
Lalu apa percakapan kami saat dia datang?
Mbak L: “Lagi ngapain, Pak?”
Saya: “Ngepel. Gantiin Mbak. Hahaha…”
Dia adalah asisten paruh waktu kami yang kembali bekerja setelah saya sakit hampir setahun lalu. Dia kami hentikan saat Covid-19 memuncak dan di area kami sempat merah, lalu kebablasan prei hingga Mei 2024 saat saraf saya jadi korban virus. Selama tidak membantu kami, setiap Lebaran dia selalu memunjung.
Selamat Idulfitri untuk Mbak L dan keluarganya. Pun Anda semua.
6 Comments
Waktu kecil dulu saya kadang disuruh mengantar punjungan ke rumah tetangga, biasanya yang dituakan atau dihormati.
Tak jarang saya melihat penampakan punjungan-punjungan lain di meja tuan rumah penerima punjungan.
Yang saya suka dari mengantar punjungan adalah pengantar punjungan biasanya mendapatkan sangu (dari penerima punjungan) kalau masih anak-anak. Waktu itu belum usum bagi-bagi sangu ke anak kecil saat lebaran.
Nah! Sangu itu πππ
Waktu saya kecil sudah mulai itu anak-anak berbaris ke rumah warga, mengucapkan selamat, dan dapat uang. Ujung, kata anak Salatiga.
Tapi saya ndak bisa ikut baris π
Di Salatiga disebut “ujung” juga? Di Purwodadi juga disebut “ujung”, salah satu momen yang kami tunggu-tunggu waktu kecil dulu.
Sebelum lebaran dibelikan baju baru, paling seneng kalau baju atau celananya memiliki banyak kantong. Biasanya kami isi dengan permen atau makanan berukuran kecil lain yang jarang terlihat di luar hari lebaran.
Banyak kantong! π
Teman-teman saya juga gitu. Madu mongso juga masuk kantong.
Di tempatku namanya weweh, Paman. makin kesini makin kangen sama masa-masa dulu.
Wèwèh, wèhwèhan, pawèhan, pemberian, ater-ater, sama. Punjungan sudah masuk bahasa Indonesia.
Selamat berlebaran. ππππ