UMP 2025 tertinggi di Indonesia, yakni Kobek Jabar, adalah Rp5.690.752, melebihi Jakarta yang Rp5.396.761. Dalam 10 UMK tertinggi, Jakarta peringkat keempat, paling bontot adalah Kota Batam, Rp4.989.600 (¬ Kabar24).
Anggun Gunawan (40), dosen Politeknik Negeri Media Kreatif di Jaksel, yang berstatus ASN PPPK sejak 2021, bergaji pokok Rp4,4 juta dan uang makan Rp500.000 hingga Rp700.000 per bulan. Dari pendapatan tersebut, harus dia sisihkan Rp1,7 juta membayar kontrakan di Jagakarsa. Untuk transportasi dia naik motor keluaran 1997 yang dia beli pada 2006 saat kuliah di UGM, Yogyakarta.
Bagaimana urusan buku? Dia katakan kepada Kompas.id (9/3/2025):
“Pilihannya sangat berat. Kalau kita beli buku yang dibutuhkan untuk meng-update materi pembelajaran mahasiswa, maka enggak ada lagi uang untuk beli susu dan pampers anak.”
Kompas dalam laporan atas nama jurnalisme data, karena menyertakan infografik dan tilikan berdasarkan data primer dan sekunder, menjuduli bagian kedua serial daya beli masyarakat ini “Gaji Seujung Kuku, Dosen Tak Bisa Beli Buku”. Liris, berima, bikin miris. Jadi, berbeda dari judul edisi cetak yang terbit hari ini (10/3/2025, lihat gambar koran).
Tentu untuk menyiasati gaji cekak Anggun harus berakrobat, dari berhemat sampai mencari tambahan. Bagaimana caranya silakan baca laporan tersebut.
Dari kasus Anggun ada yang hal penting lainnya: saat memperoleh beasiswa LPDP, berkuliah S-2 di Universitas Oxford Brookes, Inggris, pada 2019, dia mendapat anggaran Rp10 juta per untuk membeli buku.
Adapun Yohanes Edwin (31), guru sebuah SD swasta di Grogol, Jakbar, penghasilannya Rp3,3 juta per bulan, terdiri atas gaji pokok Rp2,5 juta dan tunjangan transpor Rp800.000. Sudah hampir lima tahun dia mengajar, tetapi upah tak pernah naik.
Setiap awal bulan, gaji yang dia terima langsung diberikan kepada istri Rp2,8 juta untuk biaya hidup. Mereka memiliki seorang anak berusia sepuluh bulan. Sisanya, Rp 500.000, untuk makan siang dan ongkos bensin motor, dari rumah kontrakan di Bekasi, Jawa Barat, ke sekolah di Grogol.
Dia hanya punya pegangan Rp25.000 untuk satu hari. Uang itu untuk membeli bensin Rp15.000 dan lauk untuk makan siang Rp 10.000. Dari rumah, dia sudah berbekal nasi. Untuk buku? Silakan Anda simpulkan.
Soal gaji cekak dosen pernah saya angkat pada 2023, jauh hari sebelum geger demo menuntut tukin pay later.
Gaji pendidik rendah, dan gaji sebagian jurnalis juga rendah, padahal redaksi menghindari perpustakaan kertas, sehingga membeli buku pribadi adalah bermewah diri.
Maka misalnya seorang tokoh meninggal, obituarium kilat sejumlah media berita mengandalkan sumber gratis di internet — itu pun sering kali tanpa atribusi. Misalnya merujuk biografi, atau arsip koran dan majalah, itu pun ada yang menyontek media lain, media yang bukan tidak mungkin juga tak membaca sendiri sumber asli. Kini dengan AI lebih mudah.
- Catatan kaki pun menyontek: Jangan menuduh ada wartawan tak suka baca buku. Redaksi punya perpustakaan itu gaya lama. Kini serbadigital, termasuk yang berbayar.
- Membaca kertas adalah dunia lawas: “Yang aku heran, mereka itu jurnalis tapi kok nggak pernah beli dan baca buku ya, Kang? Nggak pernah pake perpus di rumah ini. Dulu teman-teman di media itu pada punya perpus pribadi. Waktu aku tanya, jawabannya santai, mereka nggak kerja di Historia, Tirto, Tempo, dan Kompas.id. Entah apa maksudnya.”