Mulanya saya tak tertarik pada stiker kecil biru muda dengan tulisan kurang kontras itu. Saya ke warung membeli santan instan, bukan kerupuk. Namun setelah saya amati teryata menarik. Ada kata new price. Ada Asosiasi Pengusaha dan Pengrajin Kerupuk Kaleng Indonesia.
Saya baru tahu ada asosiasi itu. Artinya tiga kaleng kerupuk — sehingga ada sebutan kerupuk kaleng — berbeda jenama dan pengusaha itu bersaudara dalam ekonomi. Sisi lain bisnis adalah tahu kapan berkompetisi dan kapan bekerja sama.
Hmmm… harga baru Rp2.000 untuk selembar kerupuk? Selama ini di banyak warung segitu. Oh, mungkin ada warung yang menjual di bawah itu, misalnya Rp1.500. Nah, Ramadan menjadi kesempatan menjual lebih mahal.
Tahun lalu saya mencoba memenuhi stoples plastik besar dengan kerupuk dari pengedar yang membawa kaleng besar. Lodong itu terisi 13 kerupuk. Saya diminta membayar Rp10.000.
Artinya selembar kerupuk seharga Rp714.000. Padahal umumnya warung, termasuk warung soto dan warteg, menjual Rp2.000 per lembar. Ada keuntungan 180 persen. Di warung lebih bagus, termasuk di Gofood, kerupuk yang sama berharga Rp3.000 – Rp4.000. Entahlah dengan new price dari pabrik berapa harga jual kerupuk kaleng dari warung mahal.
2 Comments
Hanya ceban untuk 13 buah? Anda beruntung! :D
Btw itu yang di kaleng Purnama, kerupuk cokelat enak bangettt
1. Kerupuk cokelat yang menggembung itu memang enak, Mbak Mpok. Apalagi dicocol sambal lotis
2. Kerupuk yang 13 bayar ceban itu juga enak, ditaburi irisan seledri sekadarnya buat garnish. Di kedai bagus harganya waktu pandemi Rp5.000, tapi dibungkus plastik satu per satu, harus dibuka pake gunting