Pada 1980-an, pemusik Fariz Rustam Munaf (FRM, kini 66) adalah idola cewek generasi baby boomers (kelahiran 1946—1964) dan gerbong awal generasi X (1965—1980). Salah satu penggemar FRM adalah Retno Marsudi (62), hal itu dia sebutkan dalam obrolan dengan Najwa Shihab dan Sri Mulyani di YouTube (2024).
Pekan lalu FRM kembali menjadi berita karena untuk keempat kalinya dia ditangkap polisi tersebab memakai narkoba, terutama ganja dan ada juga sabu. Sebelumnya, FRM sudah mengalami pada 2007, 2015, dan 2017. Dia harus menjalani rehabilitasi.
Ingatan penggemar lama kepada FRM tentu sosoknya sebagai multi-instrumemtalis tampan, wakil kelas menengah Jakarta, kreatif, produktif, melek teknologi (saat itu: MIDI), dan stylish. Setelah album Living in the Western World (1988), dia pernah menjadi model iklan Wismilak yang dimuat di sampul belakang majalah Tempo. Wajah FRM dikenal luas setelah terpampang dalam album Sakura (1980), saat dia masih 19 tahun.
Dalam latar 1970-an — awal 1980-an, anak band yang main piano, bisa baca partitur, dan paham teori musik, pasti bercitra keren. Misalnya Addie MS dan FRM yang kebetulan semasa remaja sering nongkrong di rumah Nasution Bersaudara di Pegangsaan, Jakpus.
Dalam biografinya, Addie mengenang sebagai anak SMA diledek Keenan (kini 72) karena selalu mencatat lagu dalam not balok. Padahal Keenan juga melek partitur dan menulis komposisi.
Sebelum Sakura, wajah FRM hanya diketahui dari majalah remaja. Mulanya dia lebih dikenal sebagai drumer. Kredit namanya, tanpa foto, ada dalam album Badai Pasti Berlalu sebagai drumer (1977, dia masih 18). Saat itu dia masih kuliah seni rupa di ITB, mulanya tinggal di rumah sepupunya, rocker Triawan Munaf.
Pengamat musik almarhum Denny Sakrie dalam blognya (2015), mengutip ucapan Keenan tentang FRM saat SMP, “Saya masih ingat si Bule (panggilan akrab Fariz) datang ke rumah masih menggunakan seragam sekolah. Bercelana pendek terus gebuk-gebuk set drum dan ngeband bareng Oding dan Debby, adik-adik saya.” Pada 1978 album pertama Keenan, Di Batas Angan-Angan, memuat karya FRM “Cakrawala Senja” yang ditulis setamat SMA.
Singkat kata, FRM itu cemerlang. Almarhum Yockie Suryo Prayogo pada 2007 mengatakan kepada saya, “Fariz itu jenius.” Lalu mengapa hingga lansia FRM tetap pakai narkoba? Saya tak kenal dia. Kalangan dekat dan konselor lebih paham masalahnya.
Menurut berita Antara (2014), 52,97 persen penghuni penjara adalah pengguna narkoba. Sedangkan menurut Hukumonline (2022), merujuk UU Psikotropika dan UU Narkoba, hakim berwenang memutus pengguna narkoba dengan rehabilitasi maupun hukuman penjara. Adapun menurut Menko Hukum, HAM, Imigrasi dan Permasyarakatan Yusril Ihza Mahendra, KUHP versi baru nanti menerapkan rehabilitasi, bukan pemenjaraan, untuk pengguna narkoba (¬ Kompas.com, 2024)
Permata Waroka, eks manajer RFM, pekan lalu berkisah tentang FRM dan narkoba, antara lain suka berbohong, berhalusinasi, relaps, dan menyalakan dupa untuk menyamarkan bau asap ganja. Saat berpentas, FRM pernah membawakan “Sang Penari” empat kali berturut-turut. Seturun dari panggung dia harus dipapah dan memakai tabung oksigen.
“Saya berharap pihak kepolisian memprosesnya sesuai hukum yang berlaku. Karena, menurut saya, rehabilitasi bagi Fariz RM selama ini tidak membuatnya jera,” ujar Permata (¬ Liputan 6).
¬ Sumber reprografi foto lama tidak diketahui, adapun foto terakhir belum jelas itu kapan, termuat di Liputan 6.