Jurnalisme: Mungkin tamat mungkin tidak

Media hanya perantara. Dulu dijalankan oleh lembaga pers. Kini juga oleh medsos.

▒ Lama baca < 1 menit

Kini semua orang adalah wartawan, privilese pongah gaya lama pun terkikis — Blogombal.com

Kali ini Gito Vanelli yaqin seyaqinnya dalam bahasa Asmuni bahwa media sudah tamat. Jurnalisme juga. Dia datang membawa Jordan Gondes. “It’s over,” kata Jordan.

Kamso hanya tertawa, lalu menyimak kesimpulan mereka. Media sosial mereka persalahkan.

“Apalagi Kapolri udah perintahkan kapolda sampai kapolres bikin akun medsos khusus buat nampung dan nanggepin keluhan publik sebelum viral,” kata Gito.

Celoteh terus berlanjut, Jordan menyimpulkan, “Media cuma dapet remah-remah medsos.”

Kamso terbahak-bahak, “Salah media! Sekarang liat aja situs berita di daerah. Isinya di depan, berita nasional semua, ditambah internasional. Berita lokal yang bukan tentang pemkab atau pemkot — atau bukan dari polisi, atau bukan dari dinas perdangangan sampai pertanian — bisa tiga hari sekali. Nggak ada bahan. Berita event kalo dapet rilis dan undangan. Mendingan pensiun semua wartawannya. Hahaha!”

“Jangan ngenyèk, Kang!” sergah Gito. Jordan cuma mènjep.

“Sekarang liat aja di TikTok, Instagram, FB, atau X, laporan jalan rusak di desa dilewati truk berat. Ada yang langsung ditanggepin pihak berwenang. Atau soal sampah numpuk di pasar. Media berita cuma bisa ngulang. Masih bagus kalo bikin follow up, nanya warga, motret sendiri. Kesian ya? Hahaha!”

“Kok geli, Kang? Kayak nggak ada empati!” kata Gito.

“Lha media, dari kata medium, kan cuma perantara? Platform interaktif medsos udah gantiin media berita. Untuk dapetin tanggapan pemerintah, publik cukup liat medsos, nggak perlu nunggu wartawan. Apalagi kantor pemerintah juga aktif bikin rilis di medsos, pake video dan infografik. Hahaha!”

“Yah, apa boleh buat media bakal tamat. Nggak ada masa depan. Dewan Pers apa masih perlu?” keluh Jordan.

“Masih ada masa depan sih. Tapi akan terjadi seleksi alam. Media gampangan miskin modal, minus etos, akan ditinggal. Media yang melakukan investigasi dan berbasis data bisa tahan. Kalo cuma copy paste investigasi warganet di medsos, ditambah doxing, lha ngapain bikin media. Ini era semua orang bisa jadi pewarta. Hahaha!”

Gito dan Jordan cuma mengepulkan asap sigaret, mata mereka menerawang jauh.

“Foto jurnalistik yang genah juga nggak tamat, bisa dijual ke agensi luar, soalnya media Indonesia nggak sudi beli. Hahaha!”

¬ Ilustrasi dihasilkan oleh kecerdasan artifisial

Tinggalkan Balasan