Tentang mercon atau petasan dalam Imlek, koran Kompas meringkasnya dalam infografik satu halaman (Sabtu, 25/1/2025) di rubrik Jendela. Ketika seseorang menanya saya kenapa Kompas bisa, saya jawab ngawur dan sok tahu , “Daripada ada halaman nganggur padahal nggak ada iklan display yang masuk.”
Fungsi mercon dalam Imlek, menurut infografik tersebut, antara lain untuk mengusir roh jahat. Namun mercon juga merupakan lambang keberuntungan dan kebahagiaan.
Hingga hari ini, di kawasan saya, Pondokmelati, Kobek, Jabar, di luar Lebaran masih ada orang meletuskan mercon. Itulah cara orang lokal meramaikan pernikahan. Orang pinggiran Jakarta memang masih dilekati tradisi Betawi. Mercon diserap oleh orang Indonesia dari tradisi Cina.
Penemuan mesiu memengaruhi perkalian sejarah. Mercon hanyalah sisi hiburan dalam mesiu. Namun penaklukan dan penjajahan di belahan selatan bumi, oleh orang Eropa, didukung oleh senapan dan juga meriam. Inilah senjata jarak jauh yang menghemat tenaga manusia untuk membunuh lawan.
Dalam menjajah negeri dan bangsa lain, mimis atau pelor adalah perbekalan wajib untuk melengkapi senapan. Maka sungguh kurang ajar, sebuah konsorsium dagang bernama VOC memiliki tentara sendiri untuk mengancam dan membunuh penduduk lokal. Apakah pada zaman modern masih ada?
Anda tahu, ada saja korporasi memperalat korps bersenjata yang dibiayai negara untuk menindas rakyat — minimal dengan mengintimidasi. Korporasi macam itu adalah VOC versi baru. Adapun alat negara bersenjata yang menjadi hamba korporat adalah marsose versi anyar, maju tak gentar membela yang bayar, supaya rakyat ambyar.
- Infografik dalam koran bekas edisi 2021: Infografik dan ilustrasi menyerupai poster dalam layar ponsel itu berbeda. Tapi tak semua infografik media kertas terbaca di gawai.