Termos cap baterai ABC

Sejumlah merek lokal telah jadi ikon masa. Masih adakah baterai kuning, hijau, biru, dan merah?

▒ Lama baca < 1 menit

Termos cap baterai ABC — Blogombal.com

Batu baterai ABC itu ikonis, melekat dalam benak masyarakat Indonesia selama setengah abad lebih. Maka ketika mendapati termos baru yang sedang dikeringkan di rak piring, saya punya dua dugaan.

Dugaan pertama: itu memang suvenir dari produsen, bisa dijual bisa gratis. Kedua: itu bukan produk resmi namun bertakzim kepada sang jenama. Serupa Goods Dept milik Anton Wiyono membuat kemeja dan kaus restoran Padang Sederhana dan Indomie — namun setahu saya itu seizin pemilik merek. Kalau termos Ngehe memang merchandise dari Makaroni Ngehe.

Termos cap baterai ABC — Blogombal.com

Selazimnya termos masa kini, termos ABC memampangkan suhu air di dalamnya. Kini makin lumrah orang keluar dari rumah membawa termos. Sampai 1990-an, yang gemar membawa termos ke kantor adalah orang tua. Biasanya berisi kopi karena kopi di kantor dulu tak sesuai selera pemilik termos.

Termos cap baterai ABC — Blogombal.com

Apakah produsen baterai ABC dan susu serta kecap ABC itu sama? Beda. Baterai ABC bikinan PT International Chemical Industry, berdiri sejak 1959. Sedangkan sirop, kecap, sambal sarden, ABC buatan PT ABC Central Food Industry (dulu: CV Central Foods, 1948) sejak 1975 yang akhirnya menjadi PT Heinz ABC Indonesia.

Batu baterai ABC versi kuning, klasik, termurah — Blogombal.com

Tentang batu baterai, ada dua catatan saya. Pertama: keheranan tak terjawab, kenapa mengandung kata “batu”? Orang Jawa dulu cukup menyebut batu untuk baterai maupun pemantik korek api. Tetapi jika hanya menyebut baterai bisa berarti sentolop atau lampu senter.

Kedua: seingat saya, sejak bocah hingga kuliah dulu, setiap merek baterai punya lima varian warna, yakni kuning, hijau, biru, merah, dan hitam. Yang hitam paling mahal, belum tentu alkalin, berkelas heavy duty. Yang kuning paling murah, masih dijual di lokapasar.

Termos merchandise makaroni ngehe — Blogombal.com

¬ Bukan tulisan berbayar maupun titipan

6 Comments

sandalian Senin 13 Januari 2025 ~ 09.56 Reply

Jaman kecil dulu, hampir semua rumah punya batre, eh, senter.

Batunya beli di warung, kalau mau habis setrumnya dijemur dulu untuk menambah umur.

Pemilik Blog Senin 13 Januari 2025 ~ 15.44 Reply

Betul! Menjemur batu, untuk senter maupun radio transistor

Junianto Senin 13 Januari 2025 ~ 18.12 Reply

Batu untuk radio juga sering saya jemur di zaman itu😁

Pemilik Blog Selasa 14 Januari 2025 ~ 05.00 Reply

Dulu saat masih kuliah, ketika sedang di desa, saya kerap menjemur baterai kancing LR44 untuk kamera SLR Yashica krn kalo baterai lemot, shutter gak bisa kerja

Junianto Minggu 12 Januari 2025 ~ 22.50 Reply

Satu hal yang saya ingat dari batu ABC adalah penggunaan orang-orang (pria) cebol untuk menarik pembeli datang ke stan batu ABC di acara-acara seperti pasar malam, tahun 1970-an.

Pemilik Blog Senin 13 Januari 2025 ~ 15.41 Reply

Betul. Maskot orang cebol. Kalo gak salah anggur kolesom juga ada yang gitu.

BTW di Salatiga, dekat rumah Bre Redana, dulu sebelum Orba ada gudang beras ABC. Lalu kawasan itu disebut ABC. Kernet juga bilang gitu. Lalu baterai ABC memasang bilbor di situ, tapi sirop ABC nggak

Tinggalkan Balasan