Saya baru tahu ada camilan berjenama Bar Bar. Akan terdengar barbar. Tetapi saya membatin, yang baru tahu tampaknya bukan hanya saya. Maka Delfi, melalui distributornya, Nirwana Lestari, yang merupakan anak perusahaan, memasang di ujung rak supaya menggoda mata. Memasang produk secara khusus di supermarket dan minimarket itu ada hitungannya. Namanya juga bisnis.
Di luar urusan wafer bersalut cokelat tersebut, kata barbar mengingatkan saya pada “makan barbar” yang banyak disebut enam tahun terakhir. Bahkan sejumlah kedai memungut barbar untuk menamai usahanya. Saya tanya ke beberapa orang apa maksudnya, jawabannya beragam.
Ada yang bilang barbar itu makan tanpa sopan santun, yang lain mengatakan makan lahap bersemangat, dan yang berikutnya menyebut makan pedas enak. Apa boleh buat, kata dalam bahasa bisa mengalami pengayaan makna.
Saya mengenal barbar saat SD-SMP dari sejarah, untuk menyebut ciri sebuah masyarakat: bangsa barbar. Artinya bangsa tak beradab. Tentu penyebutan itu sepihak, oleh bangsa yang merasa beradab, namun pihak yang disebut biadab belum tentu suka apalagi bangga.
Liputan 6 pada 2023 menjelaskan makna barbar dalam bahasa gaul. Oh ya, istilah gaul seingat saya mulai ramai dipakai sejak 1990-an. Maka adalah sebutan “kurang gaul” (berkonotasi negatif) dan “orangnya gaul” (positif).
Untuk memastikan hal itu memang harus membuka arsip majalah remaja kurun tersebut. Tentu, gaul bukan istilah baru, buktinya kita mengenal istilah “pergaulan” (tahun 1970-an muncul akronim “kuper”: kurang pergaulan), dan istilah arkais, maaf, “menggauli” yang berarti menyetubuhi.
Saya kasar? Hukum Indonesia kita menggunakan kata “persetubuhan”, artinya hubungan seksual. Memang sih, pada akhir 1990-an muncul “setubuh” sebagai jawaban canda untuk “setuju”.
Mempercakapkan hal seputar bahasa itu menarik, terutama bagi penulis, penerjemah, dan penikmat bacaan yang penuturannya tertata (tak harus berupa buku cetakan). Yang saya maksudkan penulis itu termasuk siapa pun yang sedang menulis, juga dalam WhatsApp, X, dan Facebook, tak harus dalam bahasa baku.
Bahasa Inggris saya buruk, namun dalam Quora saya beroleh kesan bahasa para peserta diskusi bagus dan tertata, kaya akan diksi. Orang Indonesia yang menulis di sana pasti TOEFL, GMAT, SAT, CAE, dan lainnya bagus.
Saya pernah membaca tuturan seorang pengusaha di Quora, dia dari keluarga konglomerat lapis atas, menulis dengan jernih dan tertata. Memang sih dia dulu kuliah di luar negeri. Tetapi cara dia berbahasa Indonesia dalam wawancara khusus juga bagus.
Ada lho tamatan sekolah luar negeri yang bahasa Inggrisnya kaku, sedangkan bahasa Indonesianya buruk. Misalnya seorang pengusaha yang oleh keluarganya dicemplungkan ke politik sebagai pemimpin.
6 Comments
Saya baru paham tentang siapa orang-orang barbar (the Barbarian/Barbaren) setelah nonton serial The Barbarian.
Jaman dulu tahunya Conan the Barbarian, pria berbadan besar nyaris tanpa busana yang berkelana dengan pedang besar, tanpa tahu asal usulnya di dunia nyata.
Iya, Conan kayak binaragawan 😂
Siapakah sang pengusaha di paragraf terakhir?
Anak juragan rokok dan bank. 😇
Wolhaaaaa.
Sebenarnya banyak keluarga menengah atas ke atasnya lagi yang selain kuliah di LN, sehingga bahasa Inggris mereka bagus, di rumah juga berbahasa Inggris. Maka ketika berbahasa Indonesia mereka kurang bagus dalam bertutur