Hari ini mestinya Polri memberikan klarifikasi, apakah benar pengusaha rental yang ditembak itu sebelum mengejar penggelap mobil sudah minta bantuan polisi namun ditolak (¬ Kumparan).
Citra polisi sedang merosot parah, dari soal partai cokelat sampai perilaku sejumlah orangnya, misalnya menembak mati warga dan memeras penonton DWP. Saya enggan menyebut oknum. Sejumlah orang berarti bukan seluruh korps Polri.
Perihal pengawalan, untuk mengambil uang ke bank, sila lihat arsip Antara Kalteng (2019). Adapun untuk pengawalan kendaraan, sila tengok laman Polri. Lalu polisi mengawal mobil orang pacaran ke Puncak, Kabupaten Bogor, Jabar, sila baca Pos Kota.
Kasus terbaru yang dilaporkan warganet di Instagram, namun saya tak mencari tahu apakah media berita melakukan liputan lanjut untuk info itu, adalah pelapor pengancaman di jalan raya malah dipingpong saat melapor polisi.
Saya teringat cerita teman saat menjadi pengurus RT di Jatiasih, Kobek, Jabar. Warga melihat mayat di Sungai Bekasi, namun ketika warga melapor ke kantor polisi terdekat malah dianjurkan melapor ke polisi di wilayah Kabupaten Bogor, Jabar. Area di seberang kali memang masuk Kabupaten Bogor.
Saya tak mendapatkan gambaran posisi mayat lebih dekat ke sisi Kobek ataukah Kabupaten Bogor. Saya hanya mengandaikan, misalnya saat melapor ke polisi Bogor, namun posisi mayat sudah dibawa arus ke sisi Kobek, apakah pelapor diminta mendatangi kantor polisi yang didatangi pertama kali.
Likuran tahun silam, pada suatu malam, ada anak magang di kantor saya yang ditodong dan barangnya dirampas penjahat di trotoar depan Carrefour Lebakbulus, Jaksel, saat dia menunggu angkot. Dia melapor ke pos polisi terdekat, eh oleh petugas piket malah diminta melapor ke pos polisi lain, yang jauh, karena sesuai status geografi administratif tempat kejadian perkara.
Yurisdiksi adalah satu hal, namun mestinya komunikasi antarpolisi dapat mengatasi masalah. Masa sih untuk soal begituan nggak bisa lapan anem, Ndan?