Dingklik oglak-aglik

Dingklik adalah bagian dari kultur masyarakat yang mengenal jongkok? Kalau tinggi dingklik pesinden mungkin Anda tahu.

▒ Lama baca < 1 menit

Lama tak saya pakai, karena saya biarkan terlipat, akhirnya dingklik lipat itu kemarin saya jemur. Dingklik ini praktis, tetapi terlarang untuk penumpang KRL. Para pemancing suka, dengan desain yang lebih bagus dan pengkuh. Untuk teman bepergian ke luar kota dengan mobil juga perlu, siapa tahu harus jongkok di pinggir jalan karena mobil bermasalah.

Dingkik saya kurang kukuh. Agak oglak-aglik, sehingga saya harus berhati-hati. Ukuran tatakan kanvas untuk alas pantat ini terasa ciut. Kalau saya sebut kurang rigid, ternyata KBBI tak punya lema ini namun punya kata rigiditas.

Dingkik plastik? Rasanya sih setiap rumah tangga punya. Bangku pendek ini, apa pun, bahannya, adalan solusi agar orang bisa jongkok namun pantatnya terganjal. Untuk dingklik kayu, ukurannya bermacan-macam, sesuai kebutuhan.

Saya membayangkan dingklik untuk pesinden pergelaran wayang kulit pasti rendah, tak setinggi dingklik kayu untuk pawon, di depan tungkus. Dingklik pesinden yang mengamen diiringi siter juga pendek. Namun saya membayangkan, duduk bertimpuh bagi pesinden, berkebaya dan berjarik, malam hingga pagi, pasti memenatkan. Demikian pula dalang yang memainkan wayang kulit dengan bersila. Saya belum pernah melihat foto maupun video dalang duduk di atas kursi tatami yang ada sandarannya.

2 Comments

Pemilik Blog Minggu 22 Desember 2024 ~ 09.42 Reply

Tentu saya ingat, karena skrinsyot sdh saya bikin tapi kualitas gambar jelek maka saya batalkan untuk memuatnya dalam posting 😇💐🙏

Tinggalkan Balasan