Tidak semua penjual makanan bergerobak berbekal lampu. Untuk lampu petromaks jelas jarang yang membawanya, karena harga lampu LED dengan baterai cas ulang makin murah.
Penjual mi ayam ini, yang dijuluki Pak Jangkung, termasuk yang tak berbekal lampu. Alasannya, “Pake lampu di tempat saya brenti udah cukup.” Sumber lampu bisa lampu penerangan jalan umum, bisa juga lampu luar sebuah rumah.
Bagaimana kalau pembeli berada di tempat gelap? Dia hanya tertawa, enggan menjawab. Namun saya membatin, jangan-jangan pembeli di tempat gelap harus mengalah: menyalakan lampu senter ponsel.
Setelah bohlam LED makin terjangkau, bahkan konsumen dapat membeli komponen terurai untuk dirakit sendiri, tak berarti setiap rumah menyediakan penerangan di luar rumahnya. Mungkin hemat energi, hemat biaya. Padahal bohlam 10 Watt, disertai sensor cahaya atau timer, paling menambah berapa sih dalam tagihan, “secara” rumahnya menunjukkan orang mampu, punya mobil dua.
Lalu rasa mi ayam ini bagaimana? Enak. Porsinya pas, tak berlebihan seperti di gang Jatibaru, Jakpus. Harga seporsi dengan pangsit goreng rasa biasa Rp13.000.
2 Comments
Kabar gumbira, PLN bakal kasih diskon harga listrik bulan Januari dan Februari 2025, Bang Paman..
Semoga Maret nggak dinaikkan ya wkwkwk
Yah, kita harus waspada sama akal-akalan penguasa.