Sepeda dan rumah rusak

Kriteria foto menarik apalagi bagus itu relatif karena subjektif. Saya sering memotret, hasilnya saya angkat ke blog. Apakah foto-foto saya menarik? Ada yang menarik bagi saya, tetapi lebih banyak lagi yang tidak. Saya sih nyaman saja karena saya bukan fotografer. Tak punya beban atribut.

Pagi cerah itu, tiga hari lalu, pukul tujuh kurang delapan menit, saya melihat sesuatu yang menarik. Sepeda jengki di samping bekas teras sebuah rumah rusak. Lalu saya foto. Hasilnya menarik? Tidak. Namun ketampakan itu mengesankan saya.

Saya kerap lewat rumah itu. Sepuluh tahun silam rumah itu sudah mangkrak. Tak berpenghuni. Pada 2014 saya pernah tepergok memotret rumah itu menggunakan kamera saku. Tiba-tiba serombongan ibu muncul dari pengkolan. Mereka tanya macam-macam, saya orang mana, apakah akan membeli rumah tersebut, dan seterusnya.

Tiga hari lalu itu saya asal jepret, lalu lupa. Pagi tadi ketika menyiangi folder foto saya temukan foto sepeda di rumah rusak. Asal jepret juga dilakukan banyak orang. Namun ada juga yang mengatakan tak pernah mendapati hal menarik untuk difoto.

Kalaupun bisa, ada hasilnya, sebagian dari mereka bilang tak tahu apa yang harus mereka ceritakan di media sosial. Jangan-jangan menulis hal remeh memang bukan hal yang dapat dilakukan semua orang karena ada hal lain yang jauh lebih bernilai.